arti perkata quran surat an nisa ayat 59

HukumTajwid Surat An Nisa Ayat 146 Lengkap Dengan - OhTheme from contoh dalam ilmu bacaan tajwid untuk surat an nisa ayat 59 (sebagian) adalah sebagai berikut; Jan 24, 2021 · hukum tajwid an nisa ayat 59 sebutkan hukum bacaan ilmu tajwid pada ayat dan surat sebagaimana dimaksud! Hukum tajwid surat an nisa Suratyang lain yang banyak juga membicarakan hal tentang wanita ialah surat Ath Thalaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surat An Nisaa' dengan sebutan: 'Surat An Nisaa'Al Kubraa' (surat An Nisaa' yang besar), sedang surat Ath Thalaq disebut dengan sebutan: 'Surat An Nisaa'Ash Shughraa' (surat An Nisaa' yang kecil). Pokok-pokok isinya, ialah: Karenaitulah dalam surat ini disebutkan: Taatilah Allah. (An-Nisa: 59) Yakni ikutilah ajaran Kitab (Al-Qur'an)-Nya. dan taatilah Rasul - (Nya). (An-Nisa: 59) Maksudnya, amalkanlah sunnah-sunnahnya. Dan ulil amri di antara kalian. (An-Nisa: 59) Yaitu dalam semua perintahnya kepada kalian menyangkut masalah taat kepada Allah, bukan durhaka Suratat-tin terdiri dari 8 ayat yang memiliki kandungan agung. Berikut bacaan surah At Tin Arab, latin, arti, dan keutamaannya. Surat Al Hujurat Artinya "Kamar-Kamar": Bacaan Latin & Tulisan Arab Surat Az-Zumar Ayat 53 & Makna Tak Berputus Asa dari Rahmat Allah. Kandungan Surat An-Nisa Ayat 59 dan Makna Istilah "Ulil Amri" SuratAl-Mā'idah (The Table Spread) - سورة المائدة. This is a portion of the entire surah. View more context, or the entire surah. 5:48. to top. Sahih International. And We have revealed to you, [O Muhammad], the Book in truth, confirming that which preceded it of the Scripture and as a criterion over it. So judge between them by Frau Mit Hund Sucht Mann Mit Herz Hunderasse. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ النساۤء ٥٩Agar penetapan hukum dengan adil tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka diperlukan ketaatan terhadap siapa penetap hukum itu. Ayat ini memerintahkan kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah perintah-perintah Allah dalam AlQur'an, dan taatilah pula perintah-perintah Rasul Muhammad, dan juga ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan oleh Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu selama ketetapan-ketetapan itu tidak melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu masalah yang tidak dapat dipertemukan, maka kembalikanlah kepada nilai-nilai dan jiwa firman Allah, yakni Al-Qur'an, dan juga nilai-nilai dan jiwa tuntunan Rasul dalam bentuk sunahnya, sebagai bukti jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya, baik untuk kehidupan dunia kamu, maupun untuk kehidupan akhirat kelak. Hai orang-orang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-Nya serta pemegang-pemegang urusan artinya para penguasa di antaramu yakni jika mereka menyuruhmu agar menaati Allah dan Rasul-Nya. Dan jika kamu berbeda pendapat atau bertikai paham tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah maksudnya kepada kitab-Nya dan kepada Rasul sunah-sunahnya; artinya selidikilah hal itu pada keduanya yakni jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian itu artinya mengembalikan pada keduanya lebih baik bagi kamu daripada bertikai paham dan mengandalkan pendapat manusia dan merupakan rujukan yang sebaik-baiknya. Ayat berikut ini turun tatkala terjadi sengketa di antara seorang Yahudi dengan seorang munafik. Orang munafik ini meminta kepada Kaab bin Asyraf agar menjadi hakim di antara mereka sedangkan Yahudi meminta kepada Nabi saw. lalu kedua orang yang bersengketa itu pun datang kepada Nabi saw. yang memberikan kemenangan kepada orang Yahudi. Orang munafik itu tidak rela menerimanya lalu mereka mendatangi Umar dan si Yahudi pun menceritakan persoalannya. Kata Umar kepada si munafik, "Benarkah demikian?" "Benar," jawabnya. Maka orang itu pun dibunuh oleh Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Hajaj ibnu Muhammad Al-A'war, dari Ibnu Juraij, dari Ya'la ibnu Muslim, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. An Nisaa59 Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibnu Huzafah ibnu Qais ibnu Addi ketika ia diutus oleh Rasulullah Saw. untuk memimpin suatu pasukan yang sama diketengahkan oleh jamaah lainnya, kecuali Imam Ibnu Majah, melalui hadis Hajaj ibnu Muhammad Al-A'war. Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya kecuali melalui hadis Ibnu Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Sa'd ibnu Ubaidah, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Ali yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan suatu pasukan khusus, dan mengangkat menjadi panglimanya seorang lelaki dari kalangan Ansar. Manakala mereka berangkat, maka si lelaki Ansar tersebut menjumpai sesuatu pada diri mereka. Maka ia berkata kepada mereka, "Bukankah Rasulullah Saw. telah memerintahkan kepada kalian untuk taat kepadaku?" Mereka menjawab, "Memang benar." Lelaki Ansar itu berkata, "Kumpulkanlah kayu bakar buatku." Setelah itu si lelaki Ansar tersebut meminta api, lalu kayu itu dibakar. Selanjutnya lelaki Ansar berkata, "Aku bermaksud agar kalian benar-benar memasuki api itu." Lalu ada seorang pemuda dari kalangan mereka berkata, "Sesungguhnya jalan keluar bagi kalian dari api ini hanyalah kepada Rasulullah. Karena itu, kalian jangan tergesa-gesa sebelum menemui Rasulullah. Jika Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kalian agar memasuki api itu, maka masukilah." Kemudian mereka kembali menghadap Rasulullah Saw. dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada mereka Seandainya kalian masuk ke dalam api itu, niscaya kalian tidak akan keluar untuk selama-lamanya. Sebenarnya ketaatan itu hanya dalam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahihain melalui hadis Al-A'masy dengan lafaz yang Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Nafi', dari Abdullah ibnu Umar, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda Tunduk dan patuh diperbolehkan bagi seorang muslim dalam semua hal yang disukainya dan yang dibencinya, selagi ia tidak diperintahkan untuk maksiat. Apabila diperintahkan untuk maksiat, maka tidak boleh tunduk dan tidak boleh Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Yahya Ubadah ibnus Samit, "Kami bersumpah setia kepada Rasulullah Saw. untuk tunduk patuh dalam semua keadaan, baik dalam keadaan semangat ataupun dalam keadaan malas, dalam keadaan sulit ataupun dalam keadaan mudah, dengan mengesampingkan kepentingan pribadi, dan kami tidak akan merebut urusan dari yang berhak menerimanya." Rasulullah Saw. bersabdaTerkecuali jika kalian melihat kekufuran secara terang-terangan di kalangan kalian, dan ada bukti dari Allah diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam dalam hadis yang lain, dari Anas, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaTunduk dan patuhlah kalian, sekalipun yang memimpin kalian adalah seorang budak Habsyah yang kepalanya seperti zabibah anggur kering.Hadis riwayat Imam Abu Hurairah disebutkanKekasihku Nabi Saw. telah mewasiatkan kepadaku agar aku tunduk dan patuh kepada pemimpin, sekalipun dia si pemimpin adalah budak Habsyah yang cacat anggota tubuhnya tuna daksa.Hadis riwayat Imam Ummul Husain. disebutkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. mengatakan dalam khotbah haji wada'-nyaSeandainya seorang budak memimpin kalian dengan memakai pedoman Kitabullah, maka tunduk dan patuhlah kalian riwayat Imam Muslim. Menurut lafaz lain yang juga dari Imam Muslim disebutkanbudak Habsyah yang tuna daksa cacat anggota tubuhnya.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Muslim At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Muhammad ibnu Urwah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari Abu Saleh As-Simman, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. telah bersabda Kelak sesudahku kalian akan diperintah oleh para pemimpin, maka ada pemimpin yang bertakwa yang memimpin kalian dengan ketakwaannya, dan ada pemimpin durhaka yang memimpin kalian dengan kedurhakaannya. Maka tunduk dan patuhlah kalian kepada mereka dalam semua perkara yang sesuai dengan kebenaran, dan bantulah mereka. Jika mereka berbuat baik, maka kebaikannya bagi kalian dan mereka. Dan jika mereka berbuat buruk, maka baik bagi kalian dan buruk bagi Abu Hurairah Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaDahulu umat Bani Israil diperintah oleh nabi-nabi. Manakala seorang nabi meninggal dunia, maka digantikan oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku, dan kelak akan ada para khalifah yang banyak. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang engkau perintahkan kepada kami?" Rasulullah Saw. menjawab Tunaikanlah baiat orang yang paling pertama, lalu yang sesudahnya, dan berikanlah kepada mereka haknya, karena sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban dari mereka atas diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ibnu Abbas Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabdaBarang siapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu hal yang tidak disukainya, hendaklah ia bersabar. Karena sesungguhnya tidak sekali-kali seseorang memisahkan diri dari jamaah sejauh sejengkal, lalu ia mati, melainkan ia mati dalam keadaan mati diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ibnu Umar Disebutkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabdaBarang siapa yang mencabut janji setianya, maka kelak ia akan menghadap kepada Allah tanpa ada yang membelanya. Dan barang siapa yang meninggal dunia, sedangkan pada pundaknya tidak ada suatu baiat pun, maka ia mati dalam keadaan mati Jahiliah. Hadis riwayat Imam Muslim meriwayatkan pula dari Abdur Rahman ibnu Abdu Rabil Ka'bah yang menceritakan hadis berikut ia masuk ke dalam masjid, dan tiba-tiba ia menjumpai Abdullah ibnu Amr ibnul As sedang duduk di bawah naungan Ka'bah dan di sekelilingnya terdapat banyak orang yang berkumpul mendengarkannya. Lalu aku Abdur Rahman datang kepada mereka dan bergabung duduk dengan mereka. Maka Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis berikut Kami para sahabat pernah bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, lalu kami turun istirahat di suatu tempat. Maka di antara kami ada orang-orang yang mempersiapkan kemahnya, ada pula yang berlatih menggunakan senjatanya, dan di antara kami ada orang-orang yang sibuk mengurus unta-unta kendaraannya. Tiba-tiba juru seru Rasulullah Saw. menyerukan, "Salat berjamaah!" Maka kami berkumpul kepada Rasulullah Saw. dan beliau Saw. bersabda Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku melainkan diwajibkan baginya memberi petunjuk kepada umatnya tentang kebaikan yang ia ketahui, dan memperingatkan kepada mereka tentang keburukan yang ia ketahui. Dan sesungguhnya ketenteraman umat ini dijadikan pada permulaannya generasi pertamanya, dan kelak malapetaka akan menimpa akhir dari umat ini, juga akan terjadi banyak perkara yang kalian ingkari. Fitnah-fitnah datang menimpa mereka secara beriringan. Suatu fitnah cobaan datang, lalu seorang mukmin berkata, "Inilah kebinasaanku," kemudian fitnah itu lenyap, tetapi disusul lagi oleh fitnah yang lain. Maka orang mukmin berkata, "Fitnah ini datang lagi menyusul fitnah lainnya." Maka barang siapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ketika maut datang menjemputnya ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari kemudian. Dan hendaklah ia memberikan kepada orang lain hal-hal yang ia suka bila diberikan kepada dirinya. Barang siapa yang berbaiat berjanji setia kepada seorang imam, lalu si imam memberikan kepadanya apa yang dijanjikannya dan apa yang didambakan hatinya, maka hendaklah ia taat kepadanya sebatas kemampuannya. Dan jika datang orang lain yang hendak menyainginya merebutnya, maka penggallah leher orang lain itu. Abdur Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah melanjutkan kisahnya, "Lalu aku mendekat kepadanya Abdullah ibnu Amr ibnul As dan kukatakan kepadanya, 'Aku meminta kepadamu, demi Allah, apakah engkau telah mendengar hadis ini langsung dari Rasulullah Saw.?' Maka Ibnu Amr mengisyaratkan dengan kedua tangannya ditujukan ke arah kedua telinga dan hatinya seraya berkata, 'Aku telah mendengarnya dengan kedua telingaku ini, lalu dihafal baik-baik oleh hatiku'." Abdur Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah berkata kepadanya, "Ini anak pamanmu yaitu Mu'awiyah. Dia memerintahkan kepada kita memakan harta di antara kita dengan cara yang batil, dan sebagian dari kita membunuh sebagian yang lain, padahal Allah Swt. telah berfirman 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan jalan yang balil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian' An Nisaa29." Abdur Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah melanjutkan kisahnya, bahwa Ibnu Amr diam sesaat, tidak menjawab, kemudian berkata, "Taatilah dia bila memerintahkan taat kepada Allah, dan durhakailah dia bila memerintahkan durhaka kepada Allah."Hadis-hadis yang menerangkan masalah ini cukup banyak Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari As-Saddi sehubungan dengan firman-Nya taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. An Nisaa59 Bahwa Rasulullah Saw. pernah mengirimkan suatu pasukan khusus di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid, di dalam pasukan itu terdapat Ammar ibnu Yasir. Mereka berjalan menuju tempat kaum yang dituju oleh mereka, dan ketika berada di dekat tempat tersebut, mereka turun beristirahat karena hari telah malam. Kemudian mereka diketahui oleh mata-mata kaum yang dituju mereka, lalu mata-mata itu memberitahukan kepada kaumnya akan kedatangan mereka. Maka kaumnya pergi melarikan diri meninggalkan tempat mereka kecuali seorang lelaki yang memerintahkan kepada keluarganya agar semua barang mereka dikemasi. Kemudian ia sendiri pergi dengan berjalan kaki di kegelapan malam hari menuju ke tempat pasukan Khalid ibnul Walid. Setelah ia sampai di tempat pasukan kaum muslim, maka ia menanyakan tentang Ammar ibnu Yasar, lalu ia datang kepadanya dan mengatakan, "Hai Abul Yaqzan, sesungguhnya sekarang aku masuk Islam dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Sesungguhnya kaumku setelah mendengar kedatangan kalian, mereka semuanya melarikan diri, tetapi aku tetap tinggal di tempat. Maka apakah Islamku ini dapat bermanfaat bagiku besok pagi nanti? Jika tidak, maka aku pun akan ikut lari." Ammar menjawab, "Tidak, bahkan Islammu dapat bermanfaat untuk dirimu. Sekarang pulanglah, dan tetaplah di tempat tinggalmu!" Lalu lelaki itu pulang dan menetap di tempatnya. Pada keesokan harinya Khalid ibnul Walid datang menyerang, dan ternyata ia tidak menemukan seorang pun dari musuhnya selain lelaki tadi, lalu Khalid menawannya dan mengambil semua hartanya. Ketika sampai berita itu kepada Ammar, maka Ammar datang kepada Khalid dan mengatakan kepadanya, "Lepaskanlah lelaki ini, karena sesungguhnya dia telah masuk Islam, dan sesungguhnya dia telah berada di bawah perlindunganku." Khalid berkata, "Atas dasar apakah kamu memberi perlindungan?" Keduanya bertengkar, dan akhirnya keduanya melaporkan peristiwa itu kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. memperbolehkan tindakan Ammar, tetapi melarangnya mengulangi perbuatannya lagi, yakni memberikan perlindungan tanpa seizin pemimpin pasukan. Keduanya masih terus berbalas caci-maki di hadapan Rasulullah Saw. Maka Khalid berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau biarkan saja budak yang hina ini mencaciku?" Rasulullah Saw. menjawab Hai Khalid, janganlah engkau mencaci Ammar, karena sesungguhnya barang siapa yang mencaci Ammar, Allah membalas mencacinya, dan barang siapa yang membenci Ammar, Allah membalas membencinya, dan barang siapa yang melaknat Ammar, maka Allah membalas melaknatnya. Ammar masih dalam keadaan emosi. Maka ia bangkit dan pergi, lalu diikuti oleh Khalid. Kemudian Khalid menarik bajunya dan meminta maaf kepadanya. Akhirnya Ammar memaafkannya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. An Nisaa59Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ulil amri yang terdapat di dalam firman-Nya dan ulil amri di antara kalian.An Nisaa59 Bahwa yang dimaksud adalah ahli fiqih dan ahli agama. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ata, Al-Hasan Al-Basri dan Abul Aliyah, bahwa makna firman-Nya dan ulil amri di antara kalian. An Nisaa59 adalah para menurut makna lahiriah ayat —hanya Allah yang lebih mengetahui— makna lafaz ini umum mencakup semua ulil amri dari kalangan pemerintah, juga para ulama. Allah Swt. telah berfirmanMengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka, tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Al Maidah63maka tanyakanlah oleh kalian kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui. Al Anbiyaa7Di dalam sebuah hadis sahih yang telah disepakati kesahihannya dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaBarang siapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah, barang siapa yang durhaka kepadaku, berarti ia durhaka kepada Allah. Dan barang siapa yang taat kepada amirku, berarti ia taat kepadaku, dan barang siapa yang durhaka terhadap amirku, berarti ia durhaka tersebut di atas merupakan dalil-dalil yang memerintahkan agar taat kepada ulama dan pemerintah. Karena itulah dalam surat ini disebutkan Taatilah Allah. An Nisaa59 Yakni ikutilah ajaran Kitab Al-Qur'an-Nya. dan taatilah Rasul-Nya. An Nisaa59 Maksudnya, amalkanlah sunnah-sunnahnya. Dan ulil amri di antara kalian. An Nisaa59 Yaitu dalam semua perintahnya kepada kalian menyangkut masalah taat kepada Allah, bukan durhaka kepada Allah, karena sesungguhnya tidak ada ketaatan kepada makhluk bila menganjurkan untuk berbuat durhaka terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih yang mengatakanSesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam masalah Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Ibnu Hurayyis, dari Imran ibnu Husain, dari Nabi Saw. yang telah bersabda Tidak ada ketaatan dalam maksiat terhadap Allah Swt.Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al-Qur'an dan Rasul sunnahnya.Menurut Mujahid dan bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mengembalikan hal tersebut kepada Kitabullah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah ini merupakan perintah Allah Swt. yang menyebutkan bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan di antara manusia menyangkut masalah pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, hendaknya perselisihan mengenainya itu dikembalikan kepada penilaian Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Seperti yang disebut oleh ayat lain, yaitu firman-NyaTentang sesuatu apa pun kalian berselisih, maka putusannya terserah kepada Allah. Asy Syuura10Maka apa yang diputuskan oleh Kitabullah dan Sunnah Rasulullah yang dipersaksikan kesahihannya, maka hal itu adalah perkara yang hak. Tiadalah sesudah perkara yang hak, melainkan hanya kebatilan belaka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. An Nisaa59 Kembalikanlah semua perselisihan dan kebodohan itu kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, lalu carilah keputusan masalah yang kalian perselisihkan itu kepada keduanya. jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.An Nisaa59Hal ini menunjukkan bahwa barang siapa yang tidak menyerahkan keputusan hukum kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya di saat berselisih pendapat, dan tidak mau merujuk kepada keduanya, maka dia bukan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Firman Allah Swt.Yang demikian itu lebih Utama bagi kalian.Yakni menyerahkan keputusan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, serta merujuk kepada keduanya dalam menyelesaikan perselisihan pendapat merupakan hal yang lebih lebih baik lebih baik akibat dan penyelesaiannya, menurut pendapat As-Saddi dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Sedangkan menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah lebih baik penyelesaiannya, apa yang dikatakan Mujahid ini lebih dekat kepada orang-orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa Muhammad, taatilah Allah, rasul-rasul- Nya dan penguasa umat Islam yang mengurus urusan kalian dengan menegakkan kebenaran, keadilan dan melaksanakan syariat. Jika terjadi perselisihan di antara kalian, kembalikanlah kepada al-Qur'ân dan sunnah Rasul-Nya agar kalian mengetahui hukumnya. Karena, Allah telah menurunkan al-Qur'ân kepada kalian yang telah dijelaskan oleh Rasul-Nya. Di dalamnya terdapat hukum tentang apa yang kalian perselisihkan. Ini adalah konsekwensi keimanan kalian kepada Allah dan hari kiamat. Al-Qur'ân itu merupakan kebaikan bagi kalian, karena, dengan al-Qur'ân itu, kalian dapat berlaku adil dalam memutuskan perkara-perkara yang kalian perselisihkan. Selain itu, akibat yang akan kalian terima setelah memutuskan perkara dengan al-Qur'ân, adalah yang terbaik, karena mencegah perselisihan yang menjurus kepada pertengkaran dan kesesatan. Ayat 51. Ayat 52. وَمَنْ لَعَنَهُمُ اللّٰهُۗ الَّذِيْنَ أُولٰئِكَ dilaknat Allah orang-orang yang نَصِيْرًا لَهٗ فَلَنْ تَجِدَ يَّلْعَنِ اللّٰهُ penolong baginya niscaya engkau tidak akan mendapatkan dilaknat Allah Ayat 53. مِّنَ الْمُلْكِ نَصِيْبٌ أَمْ لَهُمْ dari kerajaan kekuasaan bagian ۙ نَقِيْرًا النَّاسَ فَإِذًا لَّا يُؤْتُوْنَ sedikit pun kebajikan kepada manusia meskipun mereka tidak akan memberikan Ayat 54. اٰتٰهُمُ اللّٰهُ عَلٰى مَا النَّاسَ أَمْ يَحْسُدُوْنَ yang telah diberikan Allah kepadanya karena apa kepada manusia Muhammad ataukah mereka dengki الْكِتٰبَ اٰلَ إِبْرَاهِيْمَ فَقَدْ اٰتَيْنَا مِنْ فَضْلِهٖۚ Kitab kepada keluarga Ibrahim sungguh, Kami telah memberikan عَظِيْمًا مُّلْكًا وَاٰتَيْنٰهُمْ وَالْحِكْمَةَ yang besar kerajaan kekuasaan dan Kami telah memberikan kepada mereka dan Hikmah Ayat 55. صَدَّ وَمِنْهُمْ مَّنْ اٰمَنَ بِهٖ فَمِنْهُمْ مَّنْ menghalangi orang beriman dan ada pula yang beriman kepadanya maka di antara mereka yang dengki, ada yang سَعِيْرًا بِجَهَنَّمَ وَكَفٰى عَنْهُۗ yang menyala-nyala apinya neraka Jahanam kepadanya Ayat 56. سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ بِاٰيٰتِنَا كَفَرُوْا إِنَّ الَّذِيْنَ kelak akan Kami masukkan kepada ayat-ayat Kami kafir sungguh, orang-orang yang بَدَّلْنٰهُمْ جُلُوْدُهُمْ كُلَّمَا نَضِجَتْ نَارًاۗ maka Kami ganti kulit mereka kulit mereka setiap kali hangus الْعَذَابَۗ لِيَذُوْقُوا غَيْرَهَا جُلُوْدًا azab agar mereka merasakan yang lain dengan kulit حَكِيْمًا عَزِيْزًا إِنَّ اللّٰهَ كَانَ Mahabijaksana Mahaperkasa sungguh, Allah Ayat 57. وَعَمِلُوا اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ dan mengerjakan beriman تَجْرِيْ جَنّٰتٍ سَنُدْخِلُهُمْ الصّٰلِحٰتِ yang mengalir ke dalam surga kelak akan Kami masukkan kebajikan فِيْهَا خٰلِدِيْنَ الْأَنْهٰرُ مِنْ تَحْتِهَا di dalamnya mereka kekal sungai-sungai di bawahnya أَزْوَاجٌ فِيْهَا لَهُمْ أَبَدًاۗ pasangan-pasangan mereka mempunyai selama-lamanya ظَلِيْلً ظِلًّا وَّنُدْخِلُهُمْ مُّطَهَّرَةٌۙ lagi nyaman ke tempat yang teduh dan Kami masukkan mereka yang suci Ayat 58. الْأَمٰنٰتِ أَنْ تُؤَدُّوا يَأْمُرُكُمْ إِنَّ اللّٰهَ amanat menyampaikan menyuruhmu أَنْ تَحْكُمُوْا بَيْنَ النَّاسِ وَإِذَا حَكَمْتُمْ إِلٰى أَهْلِهَاۙ hendaknya kamu menetapkannya di antara manusia dan apabila kamu menetapkan hukum kepada yang berhak menerimanya يَعِظُكُمْ بِهٖۗ نِعِمَّا إِنَّ اللّٰهَ بِالْعَدْلِۗ yang memberi pengajaran kepadamu sebaik-baik dengan adil بَصِيْرًا سَمِيْعًا إِنَّ اللّٰهَ كَانَ Maha Melihat Maha Mendengar Ayat 59. وَأَطِيْعُوا أَطِيْعُوا اللّٰهَ اٰمَنُوْا يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ dan taatilah beriman wahai orang-orang yang فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ مِنْكُمْۚ وَأُولِى الْأَمْرِ الرَّسُوْلَ kemudian, jika kamu berbeda pendapat di antara kamu dan Ulil Amri pemegang kekuasaan Rasul Muhammad وَالرَّسُوْلِ إِلَى اللّٰهِ فَرُدُّوْهُ فِيْ شَيْءٍ dan Rasul sunnahnya kepada Allah Al-Quran maka kembalikanlah tentang sesuatu وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ بِاللّٰهِ تُؤْمِنُوْنَ إِنْ كُنْتُمْ dan hari kemudian kepada Allah beriman jika kamu ؑ تَأْوِيْلًا وَّأَحْسَنُ خَيْرٌ ذٰلِكَ akibatnya dan lebih baik lebih utama bagimu yang demikian itu Jakarta - Surah An Nisa adalah surah yang ke-3 di dalam Al Quran dengan jumlah ayat hingga mencapai 176 ayat. Sebab itulah surah An Nisa masuk dalam surah-surah panjang Al ini dinamai dengan An Nisa sebab isinya banyak mengandung hukum fikih yang berkaitan dengan wanita. Kata An Nisa sendiri mengandung arti wanita dalam bahasa Arab. Namun, tidak hanya perihal fikih wanita, ada hal lain juga yang disinggung dalam surah An Nisa ayat 59. Bacaan surah An Nisa ayat 59 beserta dengan artinyaيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًاBacaan latin Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri mingkum, fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụli ing kuntum tu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhir, żālika khairuw wa aḥsanu ta`wīlāArtinya "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al-Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." QS. An Nisa 59Berdasarkan terjemahan di atas, Kementerian Agama Kemenag menafsirkan ayat ini berisi soal ketaatan dalam ketetapan hukum yang adil. Artinya ayat ini memerintahkan umat muslim agar menaati putusan hukum secara hirarkis agar tercipta kemaslahatan hierarkis, penetapan hukum yang perlu ditaati oleh umat muslim menurut Surah An Nisa ayat 59 di antaranya adalah sebagai berikut1. Perintah Allah dengan mengamalkan isi Al Quran, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Bahkan sekalipun ketetapan itu dirasa berat dan tidak sesuai dengan keinginan pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat;2. Ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah SAW pembawa amanat dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Sebab, Rasul ditugaskan Allah untuk menjelaskan isi Al Quran kepada manusia;3. Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri. Ulil amri artinya orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka umat muslim berkewajiban dengan catatan bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan Al Quran dan Bila terjadi perbedaan pendapat dan tidak tercapai kata sepakat, maka wajib dikembalikan kepada Al Quran dan hadis. Bila masih belum menemukan titik temu, sebaiknya disesuaikan dengan dikiaskan kepada hal-hal yang memiliki kemiripan dengan Al Quran dan sunah Rasulullah isi kandungan dari surah An Nisa ayat 59. Semoga sahabat hikmah bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari ya! erd/erd Jakarta - Surah An Nisa merupakan surah ke-3 dalam Al-Quran yang jumlahnya ayatnya ada 176. Dinamakan An Nisa, karena di dalamnya menjelaskan tentang hukum fikih begitu, beberapa kandungannya juga menjelaskan tentang ketaatan kita kepada Allah SWT dan juga istilah ulil surah An Nisa Ayat 59, Arab-latin dan juga terjemahannyaيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًاBacaan latin Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri mingkum, fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụli ing kuntum tu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhir, żālika khairuw wa aḥsanu ta`wīlāArtinya "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al-Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." QS. An Nisa 59"Taat artinya tunduk atau patuh kepada sesuatu atau kepada seseorang, setia, dan tidak melanggar aturan. Sedangkan aturan merupakan perilaku atau perbuatan yang telah ditetapkan dan harus dilakukan oleh seseorang," tulis buku "Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/MA Kelas XI" oleh Tim Ganesha bisa berasal dari Allah SWT, para rasul-Nya atau pemerintah dalam suatu negeri seperti raja, presiden, gubernur atau berbagai pimpinan dalam skala kecil apa istilah ulil amri?Melansir NU Online, Tafsir at-Thabari, sebuah kitab tafsir yang ditulis oleh ulama besar Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari dan banyak dirujuk oleh para mufassir berikutnya, menyebut bahwa ahli ta'wil berbeda pandangan tentang ulil kelompok ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah umara. Akan tetapi sebagian ulama, masih dalam kitab tafsir yang sama menyebut ulil amri itu ahlul ilmi wal fiqh mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqih.Imam al-Mawardi dalam kitab tafsir Tafsir al-Mawardi, jilid 1, h. 499-500 menjelaskan bahwa ulil amri memiliki 4 makna1. Umara pemimpinUmara disebut dengan pemimpin yang konotasinya untuk pemimpin keduniaan. Hal ini merujuk pada pendapat Ibn Abbas, as-Sady, dan Abu Hurairah serta Ibn Zaid dengan melihat asbabun-nuzul sebab turunnya ayat.2. Ulama dan FuqahaUlama dan fuqaha merujuk pada pendapat dari Jabir bin Abdullah, al-Hasan, Atha dan Abi Sahabat RasulullahUlil Amri dinisbahkan khusus kepada sahabat-sahabat 2 Sahabat Rasulullah SAWAda 2 orang sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar dan Umar Ibnul An-Nisa ayat 59 juga memerintahkan kepada kita untuk mengembalikan semua urusan dalam hidup kepada aturan yang telah ditetapkan Allah SWT Al-Qur'an dan rasul-Nya hadits jika terjadi perbedaan pendapat dalam memutuskan sebuah urusan di tengah masyarakat. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] lus/row يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا Yaaa aiyuhal lazeena aamanooo atee’ul laaha wa atee’ur Rasoola wa ulil amri minkum fa in tanaaza’tum fee shai’in faruddoohu ilal laahi war Rasooli in kuntum tu’minoona billaahi wal yawmil Aakhir; zaalika khairunw wa ahsanu ta’weelaa section 8 English Translation Here you can read various translations of verse 59 O you who have believed, obey Allah and obey the Messenger and those in authority among you. And if you disagree over anything, refer it to Allah and the Messenger, if you should believe in Allah and the Last Day. That is the best [way] and best in result. Yusuf AliO ye who believe! Obey Allah, and obey the Messenger, and those charged with authority among you. If ye differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if ye do believe in Allah and the Last Day That is best, and most suitable for final determination. Abul Ala MaududiBelievers! Obey Allah and obey the Messenger, and those from among you who are invested with authority; and then if you were to dispute among yourselves about anything refer it to Allah and the Messenger if you indeed believe in Allah and the Last Day; that is better and more commendable in the end. Muhsin KhanO you who believe! Obey Allah and obey the Messenger Muhammad SAW, and those of you Muslims who are in authority. And if you differ in anything amongst yourselves, refer it to Allah and His Messenger SAW, if you believe in Allah and in the Last Day. That is better and more suitable for final determination. PickthallO ye who believe! Obey Allah, and obey the messenger and those of you who are in authority; and if ye have a dispute concerning any matter, refer it to Allah and the messenger if ye are in truth believers in Allah and the Last Day. That is better and more seemly in the end. Dr. GhaliO you who have believed, obey Allah and obey the Messenger, and the ones endowed with the command those in authority among you. So in case you contend together about anything, then refer it to Allah and the Messenger, in case you believe in Allah and the Last Day; that is most charitable most beneficial and fairest in interpretation. Abdul HaleemYou who believe, obey God and the Messenger, and those in authority among you. If you are in dispute over any matter, refer it to God and the Messenger, if you truly believe in God and the Last Day that is better and fairer in the end. Muhammad Junagarhiاے ایمان والو! فرمانبرداری کرو اللہ تعالیٰ کی اور فرمانبرداری کرو رسول صلی اللہ علیہ وسلم کی اور تم میں سے اختیار والوں کی۔ پھر اگر کسی چیز میں اختلاف کرو تو اسے لوٹاؤ، اللہ تعالیٰ کی طرف اور رسول کی طرف، اگر تمہیں اللہ تعالیٰ پر اور قیامت کے دن پر ایمان ہے۔ یہ بہت بہتر ہے اور باعتبار انجام کے بہت اچھا ہے۔ Quran 4 Verse 59 Explanation For those looking for commentary to help with the understanding of Surah An-Nisa ayat 59, we’ve provided two Tafseer works below. The first is the tafseer of Abul Ala Maududi, the second is of Ibn Kathir. Ala-Maududi 459 Believers! Obey Allah and obey the Messenger, and those from among you who are invested with authority; and then if you were to dispute among yourselves about anything refer it to Allah and the Messenger[89] if you indeed believe in Allah and the Last Day; that is better and more commendable in the end.[90] 89. This verse is the cornerstone of the entire religious, social and political structure of Islam, and the very first clause of the constitution of an Islamic state. It lays down the following principles as permanent guidelines 1 In the Islamic order of life, God alone is the focus of loyalty and obedience. A Muslim is the servant of God before anything else, and obedience and loyalty to God constitute the centre and axis of both the individual and collective life of a Muslim. Other claims to loyalty and obedience are acceptable only insofar as they remain secondary and subservient, and do not compete with those owed to God. All loyalties which may tend to challenge the primacy of man’s loyalty to God must be rejected. This has been expressed by the Prophet peace be on him in the following words There may be no obedience to any creature in disobedience to the Creator.’ Muslim, Iman’, 37; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 3, p. 472 – Ed. 2 Another basic principle of the Islamic order of life is obedience to the Prophet peace be on him. No Prophet, of course, is entitled to obedience in his own right. Obedience to Prophets, however, is the only practical way of obeying God, since they are the only authentic means by which He communicates His injunctions and ordinances to men. Hence, we can obey God only if we obey a Prophet. Independent obedience to God is not acceptable, and to turn one’s back on the Prophets amounts to rebellion against God. The following tradition from the Prophet peace be on him explains this Whoever obeyed me, indeed obeyed God; and whoever disobeyed me, indeed disobeyed God.’ Bukhari, Jihad’, 109; I’tisam’, 2; Muslim, Amarah’, 32, 33; Nasa’i, Bay’ah’, 27; etc. – Ed. We shall see this explained in more detail a little further on in the Qur’an. 3 In the Islamic order of life Muslims are further required to obey fellow Muslims in authority. This obedience follows, and is subordinate to, obedience to God and the Prophet peace be on him. Those invested with authority ulu al-amr include all those entrusted with directing Muslims in matters of common concern. Hence, persons invested with authority’ include the intellectual and political leaders of the community, as well as administrative officials, judges of the courts, tribal chiefs and regional representatives. In all these capacities, those invested with authority’ are entitled to obedience, and it is improper for Muslims to cause dislocation in their collective life by engaging in strife and conflict with them. This obedience is contingent, however, on two conditions first, that these men should be believers; and second, that they should themselves be obedient to God and the Prophet peace be on him. These two conditions are not only clearly mentioned in this verse they have also been elucidated at length by the Prophet peace be on him and can be found in the Hadith. Let us consider, for example, the following traditions A Muslim is obliged to heed and to obey an order whether he likes it or not, as long as he is not ordered to carry out an act of disobedience to God ma’siyah. When ordered to carry out an act of disobedience-to God he need neither heed nor obey. There is no obedience in sin; obedience is only in what is good ma’ruf. For these traditions see Bukhari, Ahkam’, 4; Jihad’, 108; Muslim, Amarah’, 39; Tirmidhi, Jihad’, 29; Ibn Majah, Jihad’, 40; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 2, pp. 17 and 142 – Ed. There will be rulers over you, some of whose actions you will consider good and others abominable. Who even disapproves of their abominable acts will be acquitted of all blame, and whoever resents them he too will remain secure from all blame; not so one who approves and follows them in their abominable acts. They the Companions asked Should we not fight against them?’ The Prophet peace be on him said No, not as long as they continue to pray.’ See Bukhari, Jihad’, 108 – Ed. This means that their abandonment of Prayer will be a clear sign of their having forsaken obedience to God and the Prophet peace be on him. Thereafter it becomes proper to fight against them. In another tradition the Prophet peace be on him says Your worst leaders are those whom you hate and who hate you; whom you curse and who curse you. We asked O Messenger of God! Should we not rise against them?’ The Prophet peace be on him said No, not as long as they establish Prayer among you not as long as they establish Prayer among you.’ See Muslim, Amarah’, 65, 66; Tirmidhi, Fitan’, 77; Darimi, Riqaq, 78; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 6, pp. 24, 28 – Ed. In this tradition the position is further clarified. The earlier tradition could have created the impression that it was not permissible to revolt against rulers as long as they observed their Prayers privately. But the latter tradition makes it clear that what is really meant by praying’ is the establishment of the system of congregational Prayers in the collective life of Muslims. This means that it is by no means sufficient that the rulers merely continue observing their Prayers it is also necessary that the system run by them should at least be concerned with the establishment of Prayer. This concern with Prayer is a definite indication that a government is essentially an Islamic one. But if no concern for establishing Prayer is noticed, it shows that the government has drifted far away from Islam making it permissible to overthrow it. The same principle is also enunciated by the Prophet peace be on him in another tradition, in which the narrator says The Prophet peace be on him also made us pledge not to rise against our rulers unless we see them involved in open disbelief, so that we have definite evidence against them to lay before God’ Bukhari and Muslim. 4 In an Islamic order the injunctions of God and the way of the Prophet peace be on him constitute the basic law and paramount authority in all matters. Whenever there is any dispute among Muslims or between the rulers and the ruled the matter should be referred to the Qur’an and the Sunnah, and all concerned should accept with sincerity whatever judgement results. In fact, willingness to take the Book of God and the Sunnah of His Messenger as the common point of reference, and to treat the judgement of the Qur’an and the Sunnah as the last word on all matters, is a central characteristic which distinguishes an Islamic system from un-Islamic ones. Some people question the principle that we should refer everything to the Book of God and the Sunnah of the Prophet peace be on him. They wonder how we can possibly do so when there are numerous practical questions involved, for example, rules and regulations relating to municipal administration, the management of railways and postal services and so on which are not treated at all in these sources. This doubt arises, however, from a misapprehension about Islam. The basic difference between a Muslim and a non-Muslim is that whereas the latter feels free to do as he wishes, the basic characteristic of a Muslim is that he always looks to God and to His Prophet for guidance, and where such guidance is available, a Muslim is bound by it. On the other hand, it is also quite important to remember that when no specific guidance is available, a Muslim feels free to exercise his discretion because the silence of the Law indicates that God Himself has deliberately granted man the freedom to make his decision. 90. Since the Qur’an is not merely a legal code, but also seeks to instruct, educate, admonish and exhort, the earlier sentence which enunciates a legal principle is followed by another which explains its underlying purpose and wisdom. Two things are laid down. First, that faithful adherence to the above four principles is a necessary requirement of faith. Anyone who claims to be a Muslim and yet disregards the principles of Islam involves himself in gross self-contradiction. Second, the well-being of Muslims lies in basing their lives on those principles. This alone can keep them on the straight path in this life, and will lead to their salvation in the Next. It is significant that this admonition follows immediately after the section which embodies comments about the moral and religious condition of the Jews. Thus the Muslims were subtly directed to draw a lesson from the depths to which the Jews had sunk, as a result of their deviation from the fundamental principles of true faith just mentioned. Any community that turns its back upon the Book of God and the guidance of His Prophets, that willingly follows rulers and leaders who are heedless of God and His Prophets, and that obeys its religious and political authorities blindly without seeking authority for their actions either in the Book of God or in the practice of the Prophets, will inevitably fall into the same evil and corruption as the Israelites. Ibn-Kathir 59. O you who believe! Obey Allah and obey the Messenger, and those of you who are in authority. If you differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if you believe in Allah and in the Last Day. That is better and more suitable for final determination. The Necessity of Obeying the Rulers in Obedience to Allah Al-Bukhari recorded that Ibn `Abbas said that the Ayah, ﴿أَطِيعُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِى الاٌّمْرِ مِنْكُمْ﴾ Obey Allah and obey the Messenger, and those of you who are in authority. “Was revealed about `Abdullah bin Hudhafah bin Qays bin `Adi, who the Messenger of Allah sent on a military expedition.” This statement was collected by the Group, with the exception of Ibn Majah At-Tirmidhi said, “Hasan, Gharib”. Imam Ahmad recorded that `Ali said, “The Messenger of Allah sent a troop under the command of a man from Al-Ansar. When they left, he became angry with them for some reason and said to them, `Has not the Messenger of Allah commanded you to obey me’ They said, `Yes.’ He said, `Collect some wood,’ and then he started a fire with the wood, saying, `I command you to enter the fire.’ The people almost entered the fire, but a young man among them said, `You only ran away from the Fire to Allah’s Messenger. Therefore, do not rush until you go back to Allah’s Messenger, and if he commands you to enter it, then enter it.’ When they went back to Allah’s Messenger , they told him what had happened, and the Messenger said, لَوْ دَخَلْتُمُوهَا مَا خَرَجْتُمْ مِنْهَا أَبَدًا، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوف» Had you entered it, you would never have departed from it. Obedience is only in righteousness.” This Hadith is recorded in the Two Sahihs. Abu Dawud recorded that `Abdullah bin `Umar said that the Messenger of Allah said, السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَة» The Muslim is required to hear and obey in that which he likes and dislikes, unless he was commanded to sin. When he is commanded with sin, then there is no hearing or obeying. This Hadith is recorded in the Two Sahihs. `Ubadah bin As-Samit said, “We gave our pledge to Allah’s Messenger to hear and obey our leaders, while active and otherwise, in times of ease and times of difficulty, even if we were deprived of our due shares, and to not dispute this matter leadership with its rightful people. The Prophet said, إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ فِيهِ مِنَ اللهِ بُرْهَان» Except when you witness clear Kufr about which you have clear proof from Allah.” This Hadith is recorded in the Two Sahihs. Another Hadith narrated by Anas states that the Messenger of Allah said, اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا، وَإِنْ أُمِّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌحَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَة» Hear and obey your leaders, even if an Ethiopian slave whose head is like a raisin, is made your chief. Al-Bukhari recorded this Hadith. Umm Al-Husayn said that she heard the Messenger of Allah giving a speech during the Farewell Hajj, in which he said; وَلَوِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌيَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللهِ، اسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا» Even if a slave was appointed over you, and he rules you with Allah’s Book, then listen to him and obey him. Muslim recorded this Hadith. In another narration with Muslim, the Prophet said, عَبْدًا حَبَشِيًّا مَجْدُوعًا» Even if an Ethiopian slave, whose nose was mutilated… In the Two Sahihs, it is recorded that Abu Hurayrah said that the Messenger of Allah said, مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي» Whoever obeys me, obeys Allah, and whoever disobeys me, disobeys Allah. Whoever obeys my commander, obeys me, and whoever disobeys my commander, disobeys me. This is why Allah said, ﴿أَطِيعُواْ اللَّهَ﴾ Obey Allah, adhere to His Book, ﴿وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ﴾ and obey the Messenger, adhere to his Sunnah, ﴿وَأُوْلِى الاٌّمْرِ مِنْكُمْ﴾ And those of you who are in authority in the obedience to Allah which they command you, not what constitutes disobedience of Allah, for there is no obedience to anyone in disobedience to Allah, as we mentioned in the authentic Hadith, إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوف» Obedience is only in righteousness. The Necessity of Referring to the Qur’an and Sunnah for Judgment Allah said, ﴿فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ﴾ And if you differ in anything amongst yourselves, refer it to Allah and His Messenger. Mujahid and several others among the Salaf said that the Ayah means, “Refer to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger.” This is a command from Allah that whatever areas the people dispute about, whether major or minor areas of the religion, they are required to refer to the Qur’an and Sunnah for judgment concerning these disputes. In another Ayah, Allah said, ﴿وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَىْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ﴾ And in whatsoever you differ, the decision thereof is with Allah. Therefore, whatever the Book and Sunnah decide and testify to the truth of, then it, is the plain truth. What is beyond truth, save falsehood This is why Allah said, u ﴿إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاٌّخِرِ﴾ if you believe in Allah and in the Last Day. meaning, refer the disputes and conflicts that arise between you to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger for judgment. Allah’s statement, ﴿إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاٌّخِرِ﴾ if you believe in Allah and in the Last Day. indicates that those who do not refer to the Book and Sunnah for judgment in their disputes, are not believers in Allah or the Last Day. Allah said, ﴿ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ That is better meaning, referring to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger for judgment in various disputes is better, ﴿وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً﴾ and more suitable for final determination. meaning, “Has a better end and destination,” as As-Suddi and several others have stated while Mujahid said, “Carries a better reward.” Quick navigation links

arti perkata quran surat an nisa ayat 59