asal usul telaga warna dalam bahasa jawa
SoalCerita Rakyat Bahasa Jawa / Asal Usul Telaga Warna Dalam Bahasa Jawa - Kunci Soal / We did not find results for:. We did not find results for: Maybe you would like to learn more about one of these? Check spelling or type a new query. Soal cerita rakyat bahasa jawa. We did not find results for: Check spelling or type a new query.
21 Analisis sarana sastra dongeng Asal Mula Telaga Warna. A. Analisis berdasarkan makna leksikal. v Asal adalah keadaan (tempat, rupa,wujud,dll) yang semula, pangkal permulaan, mula. v Mula adalah dasar, awal, pokok asal, yang paling awal, yang dulu sekali, waktu (tempat,keadaan,dll) yang menjadi pangkal . v Telaga adalah danau (pegunungan
AsalUsul Nama Trenggalek. Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun Sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Bupati Trenggalek Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak dari Warok Surogentho sampai tergila-gila
DongengAsal Usul Telaga Warna, Jawa Barat Dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Prabu, itu adalah nama panggilannya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Sayangnya, Prabu dan permaisuri belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Ratu sering murung dan menangis.
ContohNaskah Drama Telaga Warna dalam Bahasa Inggris. Long ago there was a kingdom in West Java. The kingdom was ruled by king (zaman dahulu kala ada sebuah kerjaan di Jawa Barat. Kerajaan tersebut dipimpin olehs eorang Raja) People called their king His Majesty Prabu. Prabu was kind and wise king. (orang-orang memanggil raja dengansebutan
Frau Mit Hund Sucht Mann Mit Herz Hunderasse. - Naga adalah salah satu makhluk legenda yang memiliki karakteristik serupa dengan makhluk reptil yang muncul dalam banyak cerita rakyat. Naga banyak dikenal dalam berbagai peradaban. Mulai dari peradaban Yunani, Romawi, China, hingga Hindu-Budha. Naga sendiri diketahui berbentuk seperti makhluk setengah ular dan setengah manusia yang dipercaya berasal dari India dan itu, naga juga kerap digambarkan sebagai ular raksasa yang bisa terbang di langit dan bahkan bisa berenang di laut dalam. Lantas, bagaimana asal-usul naga? Baca juga Asal Usul Lintah dalam Cerita Rakyat NTBAsal-usul naga Naga pada awalnya digambarkan oleh masyarakat Yunani dan Sumeria Kuno dalam bentuk ular terbang yang besar. Hal ini sesuai dengan asal-usul istilah naga sendiri, yang dalam Bahasa Inggris disebut dragon. Istilah dragon sendiri diambil dari Bahasa Yunani drakon, yang digunakan untuk menyebut setiap ular besar. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa naga pada mulanya digambarkan sebagai makhluk yang menjaga sesuatu yang dianggap sangat berharga. Pada dasarnya, naga digunakan untuk menjaga harta karun, benda pusaka, atau bahkan orang penting sebagai putri raja.
Telaga Warna menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi turis lokal dan internasional. Namun, sudah tahukah kamu tentang cerita rakyat terbentuknya asal mula Telaga Warna? Kalau belum, langsung simak ulasannya di sini, yuk!Di Indonesia, terdapat dua telaga warna yang menjadi tujuan wisata populer, yakni Telaga Warna di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat dan Telaga Warna di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Dalam artikel ini akan diulas mengenai legenda asal mula Telaga Warna di Jawa yang sudah diceritakan secara turun-temurun ini mengandung pesan moral yang barangkali bisa kamu petik. Selain itu, fakta-fakta menarik yang berkaitan dengan telaga ini juga bisa menambah Tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang asal usul Telaga Warna di Jawa Barat? Kalau iya, mari simak ulasan yang dilengkapi pembahasan unsur intrinsiknya di bawah ini, yuk! Sumber Instagram – _itskhan Dalam kisah asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, diceritakan bahwa pada zaman dahulu di daerah tersebut berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kutatanggeuhan. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Suwartalaya sebagai raja dan sang permaisuri yang bernama Ratu Purbamanah. Di bawah kepemimpimpinan Prabu Suwartalaya, rakyat yang tinggal di Kerajaan Kutatanggeuhan hidup dalam kemakmuran dan ketenteraman. Sayangnya, kebahagiaan yang dirasakan oleh rakyat Kutatanggeuhan tidak dialami oleh sang raja dan ratu yang belum kunjung dikaruniai anak. Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah telah mencoba beragam cara untuk mendapatkan momongan, salah satunya adalah dengan meminum ramuan yang dikonsumsi oleh raja dan ratu. Selain itu, pasangan suami istri ini juga telah mengundang banyak dukun untuk bisa membacakan mantra-mantra agar sang ratu segera hamil. Penasihat kerajaan kemudian menyarankan raja dan ratu untuk mengangkat anak yatim piatu saja karena masih banyak anak dari perwira dan prajurit yang ditinggal oleh orangtua mereka setelah gugur di medan perang. Namun, Prabu Suwartalaya menganggap kalau anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Meskipun masih memimpin dengan bijaksana, tapi Prabu Suwartalaya sering didapati sedang murung ketika sendirian. Begitu pun dengan Ratu Purbamanah yang terus menangis karena harapannya untuk mendapatkan momongan tak segera dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Usaha Terakhir Raja dan Ratu Selanjutnya dalam dongeng asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, dikisahkan bahwa akhirnya Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah pamit meninggalkan kerajaan sementara waktu. Sang raja kemudian meminta penasihat dan orang-orang kepercayaannya untuk memerintah dan menjaga kerajaan selama ia dan istrinya bertapa. Sang raja dan ratu kemudian bertapa selama berminggu-minggu dan hanya mengucapkan satu permintaan dalam doa mereka, yakni agar segera dikaruniai anak. Hingga akhirnya pada suatu hari ada suara yang menjawab doa mereka. Mula-mula, suara tanpa wujud itu menanyakan apa permintaan Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Pasangan suami istri itu kemudian menjawab ingin mempunyai anak. Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa sang raja dan ratu tidak mau mengangkat anak dan dijawab oleh Prabu Suwartalaya bahwa mereka tidak ingin anak angkat, tapi anak kandung. Lalu, suara itu kemudian menyuruh Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah untuk pulang ke Kerajaan Kutatanggeuhan. Beberapa minggu setelahnya, permaisuri menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Berita hamilnya sang ratu akhirnya menyebar hingga ke seluruh wilayah kerajaan dan disambut dengan suka cita oleh raja, orang-orang kerajaan, dan rakyat. Setelah kurang lebih sembilan bulan, sang permaisuri akhirnya melahirkan seorang bayi perempuan cantik yang diberi nama Putri Gilang Rukmini. Baca juga Dongeng Kancil dan Buaya Beserta Ulasannya yang Akan Membuatmu Terkesan! Awal Mula Bencana Sebagai satu-satunya putri kerajaan, Gilang Rukmini diperlakukan dengan istimewa. Apa pun yang ia pinta akan berusaha semaksimal mungkin diwujudkan oleh raja dan ratu. Selain itu, rakyat juga ikut memberikan hadiah-hadiah yang mewah kepada sang putri. Terbiasa mendapatkan perlakuan spesial dari orangtua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan, Gilang Rukmini akhirnya tumbuh menjadi putri cantik jelita yang manja. Kecantikannya sendiri tak ada yang menandingi, wanita-wanita lain di seluruh negeri tidak bisa dibandingkan dengan putri dari Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah ini. Saat usia Gilang Rukmini menginjak usia tujuh belas tahun, Kerajaan Kutatanggeuhan mengadakan perayaan besar dan meriah untuk sang putri tercinta. Rakyat pun ikut berlomba-lomba untuk memberikan hadiah berharga, yakni perhiasan emas dan permata untuk sang putri. Prabu Suwartalaya kemudian mengumpulkan hadiah perhiasan emas dan permata untuk dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih indah ke seorang empu. Ketika hari perayaan tiba, perhiasan dari sang raja telah berhasil diubah menjadi kalung emas yang indah oleh sang empu. Raja dan ratu sangat mengagumi kalung indah itu dan yakin putri kesayangan mereka akan menyukai kadonya. Seluruh rakyat pergi berbondong-bondong ke halaman istana untuk merayakan ulang tahun putri Gilang Rukmini. Terbentuknya Telaga Warna Di depan rakyat yang ia pimpin, Prabu Suwartalaya disaksikan oleh istrinya memberikan perhiasan kalung indah kepada Gilang Rukmini. Namun, tak disangka ternyata sang putri tidak mau menerima kado dan melemparkan kalung itu di depan orangtua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan. Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut kaget dan hanya bisa diam. Tak lama, terdengarlah isakan tangis Ratu Purbamanah. Ibunda sang putri kemudian mengatakan betapa sakit hatinya melihat kelakuan Gilang Rukmini yang tidak tahu terima kasih. Kesedihan yang dirasakan oleh Ratu Purbamanah membuat rakyat ikut berderai air mata, terutama kaum wanita. Di tengah-tengah ramainya tangisan, tiba-tiba terjadilah suatu keajaiban. Mata air muncul di halaman istana dan lama-lama semakin membesar. Air deras yang terus keluar dari dalam bumi itu kemudian menenggelamkan rakyat, raja dan ratu, putri, serta siapa saja yang ada di sekitar istana. Banyaknya volume air kemudian menenggelamkan istana dan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan yang akhirnya menciptakan sebuah telaga. Telaga yang airnya selalu menampilkan warna yang berbeda-beda di bawah sinar matahari itu kemudian dijuluki Telaga Warna. Warna-warna itu diduga merupakan pantulan dari peninggalan perhiasan-perhiasan putri Gilang Rukmini yang ada di dasar telaga. Baca juga Legenda Joko Kendil Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik dan Seru untuk Disimak Unsur Intrinsik Asal Mula Telaga Warna Sumber Instagram – haniffakhry_ Setelah menyimak tentang cerita lebih lanjut mengenai asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, saatnya kamu mengetahui apa saja unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Informasinya dapat kamu simak di pembahasan berikut 1. Tema Tema dari legenda Telaga Warna di atas adalah perilaku durhaka seorang anak terhadap orangtua. Di akhir cerita, musibah air bah yang keluar dari dalam bumi akhirnya menenggalamkan seluruh penduduk kerajaan. 2. Tokoh dan Perwatakan Terdapat tiga tokoh utama yang memiliki peran penting dalam kelangsungan kisah Telaga Warna di Jawa Barat. Sebut saja Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah, dan Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya adalah raja yang setia, bijaksana, dan berhasil memimpin kerajaannya menjadi makmur dan tentram. Selain itu, ia juga merupakan sosok ayah yang penuh kasih sayang. Sementara itu, Ratu Purbamanah digambarkan sebagai karakter yang tabah dan berhati lemah lembut. Kasih sayangnya kepada sang putri juga tidak bisa dipertanyakan lagi. Memiliki paras yang cantik, karakter Putri Gilang Rukmini sendiri cenderung manja dan selalu ingin dipenuhi keinginannya. Selain itu, ia juga tidak bisa menghargai pemberian orang lain. 3. Latar Berdasarkan jalan cerita dalam kisah Telaga Warna di Jawa Barat, setidaknya ada tiga latar yang dipakai. Pertama adalah istana tempat kediaman Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah, kemudian tempat di mana sang raja dan ratu bertapa, dan terakhir adalah halaman istana di mana perayaan ulang tahun Putri Gilang Rukmini digelar. 4. Alur Berdasarkan jenisnya, alur cerita rakyat terbentuknya Telaga Warna di Jawa Barat termasuk dalam alur maju atau progresif. Bagian awal kisah menceritakan tentang Kerajaan Kutatanggeuhan yang sejahtera dan tenteram. Selanjutnya, konflik dibangun dengan munculnya masalah raja dan ratu yang tidak memiliki keturunan. Ketika Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah akhirnya dikaruniai putri yang cantik jelita, sikap mereka yang terlalu memanjakan putri tercinta menjadi bumerang di kemudian hari. Puncak konflik terjadi ketika Putri Gilang Rukmini melempar kalung yang sebenarnya adalah hadiah dari rakyat dan orangtuanya. Cerita kemudian ditutup dengan munculnya sumber mata air dari dalam bumi yang akhirnya menenggelamkan Kerajaan Ketatanggeuhan. Wilayah kerajaan yang tenggelam itu kemudian menjadi sebuah telaga. 5. Pesan Moral Dari asal mula Telaga Warna di Jawa Barat di atas, kamu dapat mengambil pesan moral yang bisa diterapkan dalam hidup. Amanat pertama adalah untuk menghargai pemberian orang lain dalam bentuk apa pun. Selanjutnya, jangan bersikap durhaka kepada orangtua karena mereka adalah orang-orang yang telah merawatmu sejak kecil. Jika memang berselisih pendapat, selesaikan dengan baik-baik. Amanat terakhir adalah untuk tidak terlalu memanjakan anak. Jika memang ingin menumbuhkan kepribadian yang baik pada anak, perilakukan ia sewajarnya saja. Apa pun yang terlalu berlebihan itu tidak baik. Kamu juga bisa mengambil unsur ekstrinsik dari cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat. Sebut saja norma yang berlaku di masyarakat yang terdiri dari, nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Legenda Lutung Kasarung dan Putri Purbasari Beserta Ulasan Menariknya Fakta Menarik Sumber Instagram – lutfihasibulawal Sudah puas menyimak ulasan tentang cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat? Kalau iya, kali ini informasi berikut akan mengulas seputar fakta-fakta menarik yang berhubungan dengan telaga tersebut. Yuk, simak! 1. Perubahan Warna Telaga Lewat Ilmu Sains Jika sinar matahari tidak ditutupi oleh awan, maka kamu bisa melihat perubahan warna yang dipantulkan telaga. Kadang warnanya bisa hijau menyatu dengan pepohonan yang ada di sekeliling telaga, kadang juga berubah menjadi kuning gelap, kuning terang, ataupun cokelat. Secara ilmiah, pergantian warna itu sebenarnya disebabkan oleh ganggang yang tumbuh di telaga. Tumbuhan jenis algae itu hidup memenuhi telaga dan bisa mempengaruhi warna air. 2. Dijadikan Obyek Wisata Meskipun terlahir dari legenda yang menyedihkan, Telaga Warna sebenarnya merupakan salah satu destinasi wisata yang populer di Jawa Barat. Banyak turis dari dalam dan luar negeri yang mengunjungi tempat wisata ini. Beragam kegiatan dapat kamu lakukan ketika mengunjungi Telaga Warna. Beberapa di antaranya adalah naik sampan hingga ke tengah danau, naik wahana flying fox, dan memberi makan monyet liar yang tinggal di sekitaran telaga. Tak lupa, kamu juga bisa mengobrol dan mengambil foto-foto keren berlatar belakang pemandangan alam yang indah. Asal Mula Telaga Warna yang Berisikan Pesan Moral yang Bijaksana Demikian cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat yang dapat kami rangkum. Apakah kamu tertarik untuk membagikan kisah di atas kepada anak ataupun keponakan-keponakan kesayanganmu? Jika tertarik dengan cerita-cerita rakyat lainnya, maka kamu perlu sering-sering mengunjungi situs PosKata. Beberapa kisah menarik yang mungkin bisa kamu simak adalah legenda Situ Bagendit, kisah Malin Kundang, dan asal usul Kota Banyuwangi. Selamat membaca! PenulisAulia DianPenulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Telaga sebenarnya adalah istilah lokal yang dipergunakan untuk memberikan nama cekungan daratan yang terisi air ketika musim penghujan dan menjadi ekosistem perairan yang menggenang. Selain itu telaga juga dapat diartikan sebagai badan air yang terus ada untuk jangka waktu yang cukup lama dimana partikel-partikel yang mengendap di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh komunitas produsen primer yaitu fitoplankton untuk berfotosintesis. Telaga terlihat seperti semacam danau yang kecil dimana sinar matahari bahkan dapat mencapai dasarnya. Berdasarkan prosesnya secara umum telaga terbentuk secara alami karena peristiwa vulkanik dan tektonik. Didaerah karst telaga terbentuk karena topografi daerah karst yang secara alamiah terdapat cekungan sehingga akan tergenang air ketika musim penghujan. Struktur Telaga Warna Struktur perairan telaga dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya, yaitu horisontal dan vertikal. Wilayah horisontal dibagi menjadi dua yaitu Zona Litoral Zona Litoral berfungsi menyuplai materi organik ke dalam telaga. Ciri-ciri dari zona ini adalah Berbatasan langsung dengan pinggiran Banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air Kedalamnannya relatif dangkal Smith dan Thomas, 2000 Cahaya matahari mampu menembus dengan optimal Zona Limnetik Zona Limnetik merupakan daerah yang terletak di tengah perairan atau telaga yang merupakan badan air yang terpapar langsung cahaya tanpa penghalang. Organisme yang terbanyak ditemukan di daerah ini adalah zooplankton dan fitolankton. Odum,1996 Sejarah, Legenda dan Asal Usul Telaga Warna Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan ialah kerajaan yang makmur dan juga damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana, bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangatlah bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin bisa menjadi kerajaan yang makmur dan tenteram. Semua sangat membahagiakan. Namun sayangnya, Prabu dan istrinya belum dikaruniai seorang anak. sehingga membuat pasangan kerajaan itu sedih. Penasehat Prabu menyarankan, supaya mereka mengangkat untuk mengangkat anak. Tetapi Prabu dan Ratu tidak menyetujui saran tersebut. “Buat kami, anak kandung lebih baik dari pada anak angkat,” jawab mereka. Ratu Murung Ratu sering murung dan juga menangis. Sampai Prabu pun ikut bersedih melihat istrinya. kemudian Raja pergi ke hutan untuk tujuan bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, supaya mereka dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka akhirnya terkabul. Ratu telah hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu merasa senang sekali sampai mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama dengan Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu dengan aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang sangat lucu. Beberapa tahun kemudian ia menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu begitu menyayangi putrinya. Mereka memberikan anaknya apa pun yang dia inginkan. Akan tetapi itu membuatnya menjadi seorang gadis yang manja. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, maka gadis itu akan marah bahkan sering berkata kasar. Meskipun begitu, orangtua beserta rakyat di kerajaan masih mencintainya. Hari begitu cepat berlalu, Putri tumbuh menjadi seorang gadis tercantik di seluruh negeri. Menginjak usia Putri akan 17 tahun. Maka para penduduk negeri itu pergi ke menuju istana. Mereka membawa banyak aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah tersebut, untuk menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa memakainya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan juga permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan dan berkata “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,”. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” jawab ahli perhiasan. Kemudian Ia mulai bekerja sebaik mungkin, dan dengan sepenuh hati. Ia ingin membuat kalung yang paling indah di dunia, dikarenakan ahli perhiasan ini begitu menyayangi Putri. Ulang Tahun Putri Hari ulang tahun putri pun tiba. Para penduduk negeri berkumpul disekitar alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan rasa gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita terlihat di hadapan semua orang yang mengagumi kecantikannya. Prabu lalu bangkit dari kursinya dan sudah memegang sebuah Kalung yang indah. “Putriku tercintaku, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka begitu mencintaimu. Mereka memberikan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh menjadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu. Putri menerima kalung tersebut. Lalu ia melihat kalung itu sekilas dan berkata “Aku tak mau menggunakannya. Kalung ini jelek!”. Kemudian ia melemparkan kalung itu sehingga Kalung yang indah itu pun menjadi rusak. Emas serta permatanya tersebar di lantai. Kejadian Itu sungguh mengejutkan. Tidak ada seorang pun yang menyangka, Putri akan bertindak seperti itu. Tidak ada seorang pun yang bicara. Suasana menjadi hening. Dengan tiba-tiba tangis Ratu Purbamanah terdengar. Dia merasa sangat sedih melihat kelakuan dari putrinya. Akhirnya semua pun ikut meneteskan air mata, sampai istana pun basah karena air mata mereka. Mereka terus menangis sampai air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah keluar air yang sangat deras, yang semakin lama semakin banyak. Yang pada akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. demikianlah artikel dari mengenai Asal Usul Telaga Warna Pengertian, Struktur, Legenda Beserta Sejarahnya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
Mama tentu sudah tak asing dengan Telaga Warna, bukan? Telaga Warna merupakan salah satu tempat wisata yang terletak di Kabupaten Sukabumi, provinsi Jawa Barat. Telaga Warna dikenal dengan keunikannya yang khas, yaitu dapat berubahnya warna permukaan air telaga dan kawasan sekitarnya yang masih asri serta populer dikalangan wisatawan, masih banyak yang belum tahu bagaimana cerita asal-usul dari Telaga Warna. Jika Mama ingin menceritakan dongeng nusantara dan menambah wawasan anak, yuk bacakan dongeng Telaga Warnayang telah siapkan di bawah ini!1. Pada zaman dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang menginginkan seorang KitaPada zaman dahulu kala di wilayah Sukabumi, terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kutatanggeuhan ini dipimpin oleh Raja Suwartalaya dan Permaisurinya, Ratu Purbamanah. Dipimpin oleh raja yang adil dan bijaksana, serta hamparan tanahnya nan subur, membuat rakyat Kutatanggeuhan hidupnya makmur. Sayangnya semua kemakmuran dan ketentraman itu masih belum Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai anak. Setiap hari tanpa berputus asa Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah berdoa kepada Tuhan agar segera diberi agar keinginannya segera terkabul Raja Suwartalaya pun pergi ke hutan dan bertapa selama beberapa bulan kemudian kabar gembira akhirnya datang juga. Setelah tidak berputus asa berdoa kepada Tuhan, Ratu Purbamanah pun gembira tersebut diumumkan ke seluruh penjuru negeri. Rakyat yang turut bergembira, datang ke istana sambil membawa Putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis dewasa, ia sangat dimanjakan oleh kedua KitaSetelah menunggu selama sembilan bulan lamanya, akhirnya Ratu Purbamanah melahirkan seorang bayi perempuan yang menawan. Raja Suwartalaya memberi nama bayi tersebut Gilang yang mendengar kelahiran sang Ratu, kembali datang ke istana membawa hadiah. Mereka sangat bergembira atas kelahiran Putri Raja, sehingga membawa hadiah yang lebih satu-satunya di Kerajaan Kutatanggeuhan ini tumbuh menjadi gadis dewasa yang menawan. Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah sangat menyayanginya, bahkan apa saja yang diminta oleh Putri Gilang Rukmini, pasti rasa sayang berlebihan membuat Raja dan Ratu Kutatanggeuhan sangat memanjakan Gilang Raja itu pasti akan marah-marah jika keinginannya tidak dipenuhi. Bahkan Gilang Rukmini tak segan berbicara kasar. Namun baik Raja dan Ratu, maupun rakyatnya tetap menyayangi Gilang Picks3. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-17, Gilang Rukmini meminta hadiah yang KitaMenjelang hari ulang tahunnya yang ke-17, Gilang Rukmini meminta hadiah kepada sang Papa."Papa, untuk ulang tahunku nanti, aku meminta hadiah yang istimewa!" ucap Gilang Rukmini."Apa ada yang kau minta wahai putriku?" tanya Raja Suwartalaya."Aku meminta setiap helai rambutku ini dipasangi dengan butiran berlian!" jawabnya."Permintaanmu kali ini sangat berlebihan. Janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan perhiasan." kata Ratu Purbamanah mengingatkan."Benar putriku. Bukankah perhiasanmu sudah banyak? Bahkan bajumu pun hampir semuanya dihiasi dengan berlian. Lebih baik perhiasan yang ada, kita gunakan untuk kepentingan rakyat Kutatanggeuhan." kata Raja yang juga memberikan nasihat pada Gilang Rukmini sangat marah karena permintaannya yang tidak KitaMendengar permintaannya ditolak, Gilang Rukmini sangat kemudian mengambil semua perhiasannya dan melemparkannya kearah kedua orangtuanya. Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah sangat sedih melihat perilaku dengan perasaan sedih, Raja Suwartalaya masih berusaha memberikan hadiah yang indah untuk putri semata kemudian menemui Kamasan Istana. Kemasan sendiri merupakan istilah dalam bahasa Sunda untuk ahli pembuat emas."Kamasan tolong buatkan kalung yang indah untuk hadiah ulang tahun putriku." kata Raja Suwartalaya."Baik yang mulia, perintah paduka siap hamba laksanakan." kata ahli emas Orangtua dan seluruh rakyat Kutatanggeuhan, merayakan ulang tahun Putri Gilang Rukmini di KitaHari ulang tahun Putri Gilang Rukmini pun tiba. Rakyat Kutatanggeuhan bersama Raja dan Ratu berkumpul di bailairung istana, untuk merayakan ulang tahun sang Putri. Mereka semua bersabar, menunggu kedatangan Putri Gilang Rukmini. Setelah Putri Gilang Rukmini datang, Raja Suwartalaya segera menyambutnya. Pakaian yang dikenakan sang Putri sangat gemerlap dengan perhiasan intan berlian."Putriku, akhirnya kamu tumbuh menjadi gadis dewasa. Bukan hanya orangtuamu yang menyayangimu, namun seluruh rakyat Kutatanggeuhan juga sangat menyayangimu." ucap sang wujud rasa sayang rakyat Kutatanggeuhan, mereka memberikan hadiah kalung emas berlian ini untuk Putri Gilang Rukmini. Namun sayangnytam Putri Gilang Rukmini menolak hadiah tersebut dengan kasar."Kalung emas ini jelek sekali! Aku tidak sudi memakainya!" kata Putri Gilang Rukmini sambil membanting kalung emas itu ke lantai Tangisan ratu dan rakyat Kutatanggeuhan membuat seluruh kerajaan tenggelam oleh banjir air KitaKalung emas berlian itupun hancur berantakan di lantai seluruh balairung istana. Seketika suasana yang gembira, menjadi Purbamanah yang sangat tidak menduga kelakuan putrinya, menjadi sangat sedih dan langsung menangis. Bukan hanya Ratu Purbamanah yang menangis, namun seluruh rakyat Kutatanggeuhan ikut menangis sedih melihat kelakuan Sang tiada henti rakyat Kutatanggeuhan itu pun buat istana banjir oleh air mata. Istana Kutatanggeuhan pun pelan-pelan tenggelam oleh air mata rakyatnya,Bukan hanya istana, tangisan rakyat Kutatanggeuhan juga menenggelamkan seluruh kerajaan. Seluruh kerajaan Kutatanggeuhan yang tenggelam oleh banjir air mata itu menjadi asal usul sebuah tersebut sangat indah dan berwarna-warni, terutama jika hari sedang cerah. Warna indah Itu dipercaya berasal dari perhiasan putri Gilang Rukmini yang tersebar di dasar Telaga. Sejak itulah Telaga tersebut dikenal dengan nama Telaga itulah dongeng Telaga Warna. Dari kisah ini, ada pesan yang dapat Mama ajarkan pada si Kecil, yaitu hendaklah menjadi anak yang sopan pada orangtua dan menghargai setiap pemberian dari orang tidak mendapatkan hadiah yang diinginkan, dibalik setiap hadiah yang diberikan oleh orangtua atau orang lain, ada kasih sayang dan usaha keras yang harus jugaDongeng Anak Nusantara CindelarasDongeng Nusantara Lutung Kasarung dan PurbasariDongeng Anak Nusantara Legenda Batu Menangis
Asal-Usul Telaga Warna Jawa BaratDi daerah Jawa Barat terdirilah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Prabu yang baik dan bijaksana. Di daerah tersebut pada kepemimpinan Prabu, semua rakyat hidup tenteram dan disayangkan kebahagiaan rakyatnya tidak dirasakan juga oleh prabu dan permaisurinya. Sudah berthaun-tahun mereka masih belum mendapatkan seorang anak yang nantinya akan menggantikan kedua orang tuanya untuk memimpin kerajaan. Suatu ketika sang prabu pergi ke hutan untuk berdoa dan meminta kepada Yang Maha Kuasa agar dirinya mendapatkan seorang usaha dan doa prabu dan permaisuri terkabul. Diberitahukanlah kabar gembira tentang kepada seluruh penghuni kerajaan tentang kehamilan permaisuri. Kemudian di usia kandungan yang ke 9 bulan, Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik puteri pun tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita, puteri adalah seorang anak yang ditunggu-tunggu sangat lama dan menjadi puteri satu-satunya dari sang raja dan permaisuri. Maka semuanya penghuni kerajaan sangat memanjakannya, setiap keinginannya selalu terasa sebentar lagi sang puteri akan berusia tujuh belas tahun, ia menjadi seorang gadis remaja yang cantik jelita. Banyak hadiah yang sudah dikumpulkan oleh rakyat kerajaan untuk diberikan kepadany. Kemudian sang prabu mengumpulkan kembali semua hadiah-hadiah dari rakyat dan akan dibagikannya lagi kepada emas dan permata yang disisakan oleh sang prabu. Dan prabu pun pergi ke tukang perhiasan untuk meminta dibuatkan sebuah kalung permata yang bagus dan indah dilihatnya untuk saatnya tiba yaitu pada ulang tahun sang puteri, diberikanlah kalung tersebut kepada puteri. “Puteriku yang cantik, kau terlihat sudah dewasa sekarang. Ambil dan pakailah kalung yang sangat indah ini. Kalung ini pemberian dari rakyat kita, mereka semua sangat menyayangimu.”Dengan sengaja rakyat kerajaan datang ramai-ramai agar bisa melihat kalung yang sangat indah dan juga bertaburan oleh batu permata yang berwarna-warni itu dapat meghias leher sang puteri pada saat ulang dilirik saja kalung itu oleh puteri. Melihat respon yang diberikan puteri, prabu dan permaisuri meminta dan menyuruhnya untuk memakai kalung tersebut. Jawab puteri kepada orang tua, ” Aku tidak mau.”Diambilnya kalung tersebut oleh permaisuri untuk dipakaikannya dileher puterinya, permaisuri berkata “Ayolah, nak, kamu pakai kalung ini.”Ditepisnya kalung itu oleh puteri, kemudian berhamburan dilantai. Sambil teriak dan berlari ke kamarnya, “Kalung itu jelek dan aku tidak ingin memakainya!!”Kalung indah yang berwarna-warni itu kemudian putus dan berhamburan dilantai, semua yang datang dan permaisuri pun terkejut dengan apa yang sudah diakukan oleh sang permaisuri tak kuasa menahan air matanya, ia pun duduk dan menangis. Semua perempuan dan pria yang datang pun ikut menangis. Mereka tak menyangka kalau sang puteri bisa melakukan hal seperti itu, bahkan membuat permaisuri sampai sebuah mata air dari tempat kalung itu terjatuh, semakin lama semakin besar mata air tersebut sehingga membuat tenggelamnya istana. Bukan hanya istana saja, bahkan seluruh kerajaan pun ikut tenggelam sampai akhirnya terbentuklah sebuah danau yang danau itu sudah tidak selebar dulu. Namun, airnya terlihat sangat indah dengan warna-warni disebabkan pantulan dari warna langit dan pohon-pohon disekitarnya. Bahkan orang-orang sangat mempercayai kalau warna-warni indahnya danau itu berasal dari kalungnya sang puteri yang dulu ditepisnya dan berada didasar danau tersebut. Telaga Warna untuk sebutan danau itu, terletak di daerah Puncak, Jawa Barat.
asal usul telaga warna dalam bahasa jawa