asbabun nuzul an nisa ayat 58
Thursday15 Zulhijjah 1443 / 14 July 2022 Jadwal Shalat. Mode Layar
AnNisa' ayat 58 dengan menyebutkan Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur'an, cet . 1. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Umar, Nasaruddin dkk. 2007. Ensiklopedi Al Qur'an, Cet. 1. Mardani. 2012. Hadits Ahkam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada [1] Dalil yang bersumber dari Al Qur'an dan Hadits
Haiorang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'.
Mengetahuiasbabun nuzul akan mengantarkan seseorang untuk membuka tabir hikmah yang ada di dalam syari'at Allah, sehingga dengan pengetahuan terhadap hikmah dari syari'at Allah. Surat An-Nisa [4]: ayat 58 - 166 Surat An-Nisa [4]: ayat 59 - 168 Surat An-Nisa [4]: ayat 60 - 169 Surat An-Nisa [4]: ayat 65 - 171 Surat An-Nisa [4
ImamAs-Suyuthi dalam bukunya Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an menjelaskan, surah An Nisa tergolong surah Madaniyah. Al-Qurtubi mengatakan bahwa ada satu ayat dalam surah ini yang turun di kota Makkah (ayat 58). Namun, menurut riwayat yang berasal dari Aisyah RA, ayat yang dimaksud Al Qurtubi tersebut tergolong Madaniyah.
Frau Mit Hund Sucht Mann Mit Herz Hunderasse. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا ﴿٥٨﴾ innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā ḥakamtum bainan-nāsi an taḥkumụ bil-'adl, innallāha ni'immā ya'iẓukum bih, innallāha kāna samī'am baṣīrā Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. 58 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari al-Kalbi dari Abu Shaleh bahwa Ibnu Abbas berkata, ”Ketika Rasulullah saw. menaklukkan Mekah, beliau memanggil Utsman bin Thathah. Ketika Utsman bin Thalhah datang, Rasulullah saw. bersabda, Tunjukkanlah kunci Ka’bah kepadaku.’ Lalu dia datang kembali dengan membawa kunci Ka’bah dan menjulurkan tangannya kepada Rasulullah saw. sembari membuka telapaknya. Ketika itu juga al-Abbas bangkit lalu berkata, Wahai Rasulullah, berikan kunci itu kepada saya agar tugas memberi minum dan kunci Ka’bah saya pegang sekaligus.’ Maka Utsman menggenggam kembali kunci itu. Rasulullah saw. pun bersabda, Berikan kepadaku kunci itu, wahai Utsman.’ Maka Utsman berkata, Terimalah dengan amanah Allah.’ Lalu Rasulullah saw. bangkit dan membuka pintu Ka’bah. Kemudian beliau melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Kemudian Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Rasulullah saw. agar beliau mengembalikan kunci itu kepada Utsman bin Thathah. Beliau pun memanggil Utsman dan memberikan kunci itu kepadanya. Kemudian beliau membaca firman Allah, ”Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,...” an-Nisaa’ 58, hingga akhir ayat.”Syu’bah meriwayatkan dalam tafsirnya dari Hajjaj dari lbnu Juraij, dia berkata, “Ayat ini turun pada Utsman bin Thalhah ketika Fathul Makkah. Setelah Rasulullah saw. mengambil kunci Ka’bah darinya, beliau masuk ke Ka’bah bersamanya. Setelah keluar dari Ka’bah dan membaca ayat di atas, beliau memanggil Utsman dan memberikan kunci Ka’bah kepadanya. Ketika itu Umar ibnul Khaththab berkata, Sungguh saya tidak pernah mendengar beliau membaca ayat itu sebelumnya.’ Dan kata-kata Umar ini, tampak bahwa ayat ini turun di dalam Ka’bah.”
Latin dan Terjemahan Surat An Nisa Ayat 58 إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا Innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā ḥakamtum bainan-nāsi an taḥkumụ bil-adl, innallāha ni’immā ya’iẓukum bih, innallāha kāna samī’am baṣīrā Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Asbabun Nuzul Surat An Nisa Ayat 58 Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh bahwa Ibnu Abbas berkata, “Ketika Rasulullah saw. menaklukkan Mekah, beliau memanggil Utsman bin Thalhah. Ketika Utsman bin Thalhah datang, Rasulullah saw. bersabda, “Tunjukkanlah kunci Kabah kepadaku” Lalu dia datang kembali dengan membawa kunci Kabah dan menjulurkan tangannya kepada Rasulullah saw. sembari membuka telapaknya. Ketika itu juga al-Abbas bangkit lalu berkata, “Wahai Rasulullah, berikan kunci itu kepada saya agar tugas memberi minum dan kunci Ka’bah saya pegang sekaligus.” Maka Utsman menggenggam kembali kunci itu. Rasulullah saw. pun bersabda, “Berikan kepadaku kunci itu, wahai Utsman” Maka Utsman berkata, “Terimalah dengan amanah Allah.” Lalu Rasulullah saw. bangkit dan membtika pintu Ka’bah. Kemudian beliau melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Kemudian Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Rasulullah saw. agar beliau mengembalikan kunci itu kepada Utsman bin Thalhah. Beliau pun memanggil Utsman dan memberikan kunci itu kepadanya. Kemudian beliau membaca firman Allah, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. QS. An Nisa 58 Syu’bah meriwayatkan di dalam tafsirnya dari Hajjaj dari Ibnu Juraij, dia berkata, “Ayat ini turun pada Utsman bin Thalhah ketika Fathul Makkah. Setelah Rasulullah saw. mengambil kunci Ka’bah darinya, beliau masuk ke Ka’bah bersamanya. Setelah keluar dari Ka’bah dan membaca ayat di atas, beliau memanggil Utsman dan memberikan kunci Ka’bah kepadanya. Ketika Rasulullah saw. keluar dari Kabah dan membaca firman Allah di atas, Umar ibnul Khaththab berkata, “Sungguh saya tidak pernah mendengar beliau membaca ayat itu sebelumnya.” Dari kata-kata Umar ini, tampak bahwa ayat ini turun di dalam Ka’bah.” Tafsir as-Sa’di Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Surat An Nisa Ayat 58 Amanah itu adalah setiap hal yang dipercayakan kepada seseorang dan ia diperintahkan untuk menunaikannya, Allah memerintahkan hamba-hambaNya agar menunaikan amanah, maksudnya secara sempurna dan penuh, tidak dikurangi, dicurangi, dan tidak pula dilur-ulur, dan termasuk dalam amanah di sini adalah amanah kekuasaan, harta, rahasia-rahasia, dan perintah-perintah yang tidak diketahui kecuali oleh Allah semata. Sesungguhnya para ahli fikih telah menyebutkan bahwa barangsiapa yang diserahkan kepadanya suatu amanah, maka ia wajib menjaga amanah tersebut dalam suatu tempat yang patut, mereka berkata, “Karena sesungguhnya tidaklah mungkin dapat ditunaikan kecuali dengan menjaganya, maka wajiblah hal itu dilakukan.” Dan Firman Allah, “Kepada yang berhak menerimanya,” sebuah dalil bahwa tidaklah diserahkan dan ditunaikan kepada selain orang yang berhak menerimanya, dan wakil orang tersebut adalah dalam posisinya, sehingga apabila ia menyerahkannya kepada selain orang yang berhak menerimanya, maka ia tidaklah dikatakan telah menunaikannya. “Dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil,” hal ini mencakup hukum di antara mereka dalam perkara darah, harta, maupun kehormatan, baik sedikit maupun banyak, terhadap yang dekat maupun yang jauh, seorang yang baik maupun yang jahat, seorang teman maupun musuh. Maksud dari adil disini adalah yang diperintahkan oleh Allah untuk berhukum dengannya yaitu apa yang disyariiatkan oleh Allah melalui lisan RasulNya berupa ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum. Hal ini menuntut untuk mengetahui keadilan agar dapat menetapkan hukum dengannya, dan ketika perintah-perintah tersebut adalah suatu yang baik dan adil, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” ini merupakan pujian dari Allah bagi perintah-perintahNya dan larangan-laranganNya, karena mencakup kemaslahatan dunia dan akhirat dan menolak kemudharatan pada keduanya, karena sesungguhnya Dzat yang mensyariatkannya adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat, yang tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya dan Dia mengetahui kemaslahatan hamba, yang mereka sendiri tidak mengetahuinya. Tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia Surat An Nisa Ayat 58 Dua ayat terakhir dijelaskan kesudahan dari dua kelompok mukmin dan kafir, yakni tentang kenikmatan dan siksaan, maka sekarang AlQur’an mengajarkan suatu tuntunan hidup yakni tentang amanah. Sungguh, Allah Yang Mahaagung menyuruhmu menyampaikan amanat secara sempurna dan tepat waktu kepada yang berhak menerimanya, dan Allah juga menyuruh apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia yang berselisih hendaknya kamu menetapkannya dengan keputusan yang adil. Sungguh, Allah yang telah memerintahkan agar memegang teguh amanah serta menyuruh berlaku adil adalah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah adalah Tuhan Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. Ayat ini memerintahkan agar menyampaikan “amanat” kepada yang berhak. Pengertian “amanat” dalam ayat ini, ialah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kata “amanat” dengan pengertian ini sangat luas, meliputi “amanat” Allah kepada hamba-Nya, amanat seseorang kepada sesamanya dan terhadap dirinya sendiri. Amanat Allah terhadap hamba-Nya yang harus dilaksanakan antara lain melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua nikmat Allah berupa apa saja hendaklah kita manfaatkan untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya. Amanat seseorang terhadap sesamanya yang harus dilaksanakan antara lain mengembalikan titipan kepada yang punya dengan tidak kurang suatu apa pun, tidak menipunya, memelihara rahasia dan lain sebagainya dan termasuk juga di dalamnya ialah 1. Sifat adil penguasa terhadap rakyat dalam bidang apa pun dengan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain di dalam pelaksanaan hukum, sekalipun terhadap keluarga dan anak sendiri, sebagaimana ditegaskan Allah dalam ayat ini. Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil…. QS. an-Nisa’/458. Dalam hal ini cukuplah Nabi Muhammad saw menjadi contoh. Di dalam satu pernyataannya beliau bersabda “Andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya saya potong tangannya” Riwayat asy-Syaikhan dari Â’isyah. adil ulama yaitu orang yang berilmu pengetahuan terhadap orang awam, seperti menanamkan ke dalam hati mereka akidah yang benar, membimbingnya kepada amal yang bermanfaat baginya di dunia dan di akhirat, memberikan pendidikan yang baik, menganjurkan usaha yang halal, memberikan nasihat-nasihat yang menambah kuat imannya, menyelamatkan dari perbuatan dosa dan maksiat, membangkitkan semangat untuk berbuat baik dan melakukan kebajikan, mengeluarkan fatwa yang berguna dan bermanfaat di dalam melaksanakan syariat dan ketentuan Allah. adil seorang suami terhadap istrinya, begitu pun sebaliknya, seperti melaksanakan kewajiban masing-masing terhadap yang lain, tidak membeberkan rahasia pihak yang lain, terutama rahasia khusus antara keduanya yang tidak baik diketahui orang lain. Amanat seseorang terhadap dirinya sendiri; seperti berbuat sesuatu yang menguntungkan dan bermanfaat bagi dirinya dalam soal dunia dan agamanya. Janganlah ia membuat hal-hal yang membahayakannya di dunia dan akhirat, dan lain sebagainya. Ajaran yang sangat baik ini yaitu melaksanakan amanah dan hukum dengan seadil-adilnya, jangan sekali-kali diabaikan, tetapi hendaklah diindahkan, diperhatikan dan diterapkan dalam hidup dan kehidupan kita, untuk dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sumber Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Kementrian Agama Republik Indonesia Versi As Suyuthi, Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al Quran, Gema Insani.
Ayat 88, yaitu firman Allah ta’ala, “Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah ? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan untuk memberi petunjuk kepadanya.” an-Nisaa’ 88 Sebab Turunnya Ayat Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahwa saat Rasulullah saw. pergi ke Uhud untuk berperang, beberapa orang yang ada dalam rombongannya kembali ke Madinah. Para shahabat Nabi saw. yang menyaksikan hal itu terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mengatakan, ”Kita bunuh saja mereka yang kembali itu.” Sedangkan satu kelompok lagi berkata, “Tidak, kita tidak akan membunuh mereka.” Maka turun firman-Nya, “Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik,…” hingga akhir ayat. 86 Sa’id bin Manshur dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Sa’ad bin Mu’adz berkata, “Pada suatu hari Rasulullah saw. berpidato dan bersabda, Siapakah yang membelaku dari orang yang menyakitiku dan mengumpulkan di rumahnya orang yang menyakitiku? Sa’ad bin Mu’adz menyahut, Jika dia dari Aus, kami segera membunuhnya. Jika dia dari saudara-saudara kami dari Khazraj, maka perintahkanlah kepada kami apa yang harus kami lakukan, dan kami akan menunaikannya.’ Lalu Sa’ad bin Ubadah bangkit dan berkata, Wahai Ibnu Ubadah, kau benar-benar seorang munafik dan kau mencintai orang-orang munafik.’ Lalu Muhammad bin Maslamah pun berdiri dan berkata, “Diamlah kalian. Di antara kita ada Rasulullah saw.. Dia yang akan menyampaikan perintahnya kepada kita dan kita melaksanakannya.’ Lalu turunlah firman Allah, ““Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik…,” hingga akhir ayat. Ahmad meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf bahwa beberapa orang Arab mendatangi Nabi saw. di Madinah. Lalu mereka masuk Islam. Lalu mereka terjangkit waba’ dan demam Madinah. Lalu mereka pun pergi meninggalkan Madinah dan ketika di jalan bertemu dengan beberapa orang sahabat. Para shahabat itu bertanya, “Mengapa kalian kembali?” Mereka menjawab, “Kami terjangkit waba’ Madinah.” Para sahabat itu berkata lagi, “Bukankah kalian mempunyai teladan yang baik pada Rasulullah?” Sebagian dari para sahabat itu mengatakan, “Orang-orang Arab ini adalah orang-orang munafik.” Lalu turunlah firman Allah, “”Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik…,” hinga akhir ayat. 87 Di dalam sanad riwayat ini terjadi tadliis dan keterputusan. Ayat 90, yaitu firman Allah ta’ala, “kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian damai atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya . Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk menawan dan membunuh mereka.” an-Nisaa’ 90 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Hasan al-Bashri bahwa Suraqah bin Malik al-Mudliji memberi tahu mereka, “Ketika Nabi saw. memenangkan peperangan Badar dan Uhud dan orang-orang di sekitar mereka masuk Islam.” Suraqah juga berkata, “Saya lalu mendengar Muhammad akan mengirim Khalid bin Walid kepada kaumku, sedangkan saya ingin engkau berdamai dengan mereka. Jika kaummu berdamai, mereka pun akan berdamai dan akan masuk Islam. Dan jika mereka tidak masuk Islam, maka menangnya kaummu terhadap mereka bukan hal yang baik.’ Lalu Rasulullah saw. memegang tangan Khalid bin Walid dan berkata kepadanya, Pergilah bersamanya, lalu lakukan apa yang diinginkannya.’ Kemudian Khalid mengaak mereka berdamai dengan syarat mereka tidak membantu orang-orang yang memusuhi Rasulullah saw.. Dan jika orang-orang Quraisy berdamai, mereka juga harus berdamai bersama orang-orang Quraisy tersebut. Dan Allah menurunkan firman-Nya, “kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian damai…,” Lalu orang yang minta perlindungan kepada mereka ikut dengan perjanjian mereka tersebut.” Dikemukakan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata, “Firman Allah, “kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian damai…,” turun pada Hilal bin Uwaimir al-Aslami dan Suraqah bin Malik ad-Mudliji, juga pada Bani Judzaimah bin Amir bin Abdi Manaf.” Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Mujahid bahwa ayat ini turun pada Hilal bin Uwaimir al-Aslami. Ketika itu antara dia dan orang-orang muslim ada perjanjian. Lalu beberapa kaumnya mengajaknya untuk berperang, namun dia tidak ingin memerangi orang-orang muslim juga tidak ingin memerangi kaumnya sendiri. Ayat 92, yaitu firman Allah ta’ala, “Dan tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min yang lain, kecuali karena tersalah tidak sengaja , dan barangsiapa membunuh seorang mu’min karena tersalah hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya si terbunuh itu, kecuali jika mereka keluarga terbunuh bersedekah . Jika ia si terbunuh dari kaum kafir yang ada perjanjian damai antara mereka dengan kamu, maka hendaklah si pembunuh membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya si terbunuh serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya , maka hendaklah ia si pembunuh berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” an-Nisaa’ 92 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ikrimah berkata, “Al-Harits bin Yazid dari Bani Amir bin Lu’ay pernah menyiksa Ayyasy bin Abi Rabi’ah bersama Abu Jahl. Kemudian al-Harits masuk Islam dan hijrah ke Madinah. Ketika di Hirrah, dia bertemu dengan Ayyasy yang mengira dia masih musyrik. Maka Ayyasy pun membunuhnya. Kemudian Ayyasy mendatangi Nabi saw. dan memberi tahu beliau tentang hal itu. Lalu turun firman Allah, “Dan tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min yang lain, kecuali karena tersalah tidak sengaja…,” hingga akhir ayat.” Ibnu Jarir juga meriwayatkan hadits yang serupa dari Mujahid dan as-Suddi. Ibnu Ishaq, Abu Ya’la, al-Harits bin Abi Usamah, dan Abu Muslim al-Kiji meriwayatkan hadits yang serupa dari al-Qasim bin Muhammad. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan hadits yang serupa dari jalur Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas. Ayat 93, yaitu firman Allah ta’ala, “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.“ an-Nisaa’ 93 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Ibnu Juraij dari Ikrimah bahwa seorang lelaki dari Anshar membunuh saudara laki-laki Maqis bin Shababah. Lalu Nabi saw. memberi diyat kepada Maqis dan dia pun menerimanya. Namun kemudian dia menyerang si pembunuh saudaranya hingga mati. Maka Nabi saw. bersabda, “Saya tidak menjadi penjamin keamanannya baik di wilayah umum atau pun di tanah Haram.“ Kemudian Maqis bin Shababah terbunuh pada Yaumul Fath. Ibnul Juraij berkata, “Padanya turun firman Allah, “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja,…'” Ayat 94, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi berperang di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu “Kamu bukan seorang mu’min” lalu kamu membunuhnya, dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu , lalu Allah menganugerahkan ni’mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” an-Nisaa’ 94 Sebab Turunnya Ayat Al-Bukhari, at-Tirmidzi, al-Hakim dan yang lainnya meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Seorang lelaki dari Bani Sulaim yang sedang menggiring ternaknya berpapasan dengan beberapa shahabat Nabi saw.. Lalu dia mengucapkan salam kepada mereka. Para shahabat berkata, “Dia mengucapkan salam kepada kita hanya untuk melindungi dirinya dari kita.” Lalu mereka pun menyergap lelaki itu dan membunuhnya. Kemudian mereka membawa kawanan kambingnya menemui Nabi saw.. Lalu turunlah firman Allah, ““Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi berperang di jalan Allah,…” hingga akhir ayat. 88 Al-Bazzar meriwayatkan dari jalur lain bahwa Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah saw. mengirim pasukan yang di dalamnya terdapat al-Miqdad. Ketika sampai di tempat musuh, mereka mendapati para musuh tersebut telah meninggalkan daerah mereka. Hanya tersisa seorang lelaki yang mempunyai banyak harta. Ketika melihat pasukan muslim, lelaki itu mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Namun, al-Miqdad tetap membunuhnya. Ketika kembali ke Madinah, Nabi saw. berkata kepada al-Miqdad, Bagaimana kelak engkau menghadapi Laailaaha illallaah?” Dan Allah menurunkan ayat ini.” Ahmad, ath-Thabrani, dan yang lainnya meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abi Hadrad al-Aslami berkata, “”Rasulullah saw. mengutus kami bersama serombongan orang-orang muslim yang di dalamnya terdapat Qatadah dan Muhallim bin Jatstsamah. Lalu kami berpapasan dengan Amir ibnul Adhbath al-Asyja’i. Kemudian dia mengucapkan salam kepada kami. Namun, Muhallim menyerangnya dan akhirnya membunuhnya. Ketika kami sampai di Madinah, kami memberi tahu beliau tentang peristiwa itu. Lalu turun pada kami firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi berperang di jalan Allah,… hingga akhir ayat.” 89 Ibnu Jarir juga meriwayatkan hadits yang serupa dari Ibnu Umar. Ats-Tsa’labi meriwayatkan dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas bahwa nama orang yang terbunuh adalah Mirdas bin Nahik yang berasal dari Fadak. Dan nama pembunuhnya adalah Usamah bin Zaid. Adapun nama ketua rombongan pasukan adalah Ghalib bin Fadhalah al-Laitsi. Kisahnya adalah ketika kaum Mirdas kalah dalam peperangan dan hanya dia yang tersisa. Dia bersembunyi dengan kambing-kambingnya di sebuah gunung. Ketika orang-orang muslim berhasil menemukannya, dia pun berkata, “Laa ilaaha illallaah, muhammadurrasuulullaah,” Tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah. Assalaamualaikum.” Lalu Usamah membunuhnya. Ketika mereka kembali ke Madinah, turun firman Allah di atas. Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur as-Suddi dan Abd meriwayatkan dari jalur Qatadah isi hadits yang serupa. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ibnu Lahi’ah dari Abiz bin Zubair bahwa Jabir berkata, “Firman Allah, …dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu,…” turun pada Mirdas.” Riwayat ini adalah penguat yang bagus. Ibnu Mandah meriwayatkan bahwa Juz’u bin Hadrajan berkata, “Saudara Miqdad datang dari Yaman menuju Madinah untuk menemui Nabi saw.. Ketika di perjalanan dia bertemu dengan pasukan yang dikirim Nabi saw.. Saudara Miqdad berkata kepada mereka, Saya adalah orang mukmin.’ Namun mereka tidak mempercayai pengakuannya dan membunuhnya. Kemudian berita tentang hal itu sampai kepadaku. Saya pun menghadap Nabi saw.. Lalu turun firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi berperang di jalan Allah,…’ hingga akhir ayat. Lalu Nabi saw. memberikan kepadaku diyat untuk saudaraku yang terbunuh.” 85. HR. Muslim dalam Kitabuth Thalaaq, No. 2704. 86. HR. Bukhari dalam Kitabul Hajj, No. 1884 dan HR. Muslim dalam Kitabul Munaafiqiin, No. 2776. 87. HR. Ahmad dalam al-Musnad 15/192. 88. HR. Bukhari dalam Kitabut Tafsir, No. 4591 dan HR. Tirmidzi dalam Kitabut Tafsir, NO. 3030 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak, No. 2872. 89. HR. Ahmad dalam al-Musnad 611 dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabiir, No. 12212. Sumber Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie Gema Insani, hlm. 181-189. Post Views 960
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ لَا يَسْتَوِى الْقَاعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ ﴿٩٥﴾ lā yastawil-qā'idụna minal-mu`minīna gairu uliḍ-ḍarari wal-mujāhidụna fī sabīlillāhi bi`amwālihim wa anfusihim, faḍḍalallāhul-mujāhidīna bi`amwālihim wa anfusihim 'alal-qā'idīna darajah, wa kullaw wa'adallāhul-ḥusnā, wa faḍḍalallāhul-mujāhidīna 'alal-qā'idīna ajran 'aẓīmā Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk yang tidak turut berperang tanpa mempunyai uzur halangan dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk tidak ikut berperang tanpa halangan. Kepada masing-masing, Allah menjanjikan pahala yang baik surga dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, 95 Sebab Turunnya Ayat Al-Bukhari meriwayatkan bahwa al-Barra’ berkata,”Ketika turun firman Allah, Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk yang tidak turut berperang tanpa mempunyai uzur halangan.. ., “hingga akhir ayat.” Nabi saw. bersabda, “Panggil si fulan.” Lalu si fulan itu datang dengan membawa tinta, papan, dan alat tulis lainnya. Kemudian beliau berkata kepadanya, “Tulislah,”Laa yastawil qaa’iduuna minal mu’miniina wal mujaahiduuna fi sabiililah Tidaklah sama antara mukmin yang duduk yang tidak turut berperang dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah.” Ketika itu Ibnu Ummi Maktum ada di belakang Nabi saw.. Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, tapi saya buta.” Maka turun firman Allah melengkapi ayat di atas, “Laa yastawil qaa’iduuna minal muminiina ghairu ulidh dharari wal mujaahiduuna fi sabiilillah [Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk yang tidak turut berperang tanpa mempunyai uzur halangan dengan orang yang berjihad di jalan Allah...] “ Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari Zaid bin meriwayatkan dari Zaid bin Arqam dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari al-Faltan bin Ashim hadits yang serupa dengan meriwayatkan hadits yang serupa dari Ibnu Abbas. Di dalamnya disebutkan, “Abdullah bin Jahsy dan Ibnu Ummi Maktum berkata,”Tapi kami adalah orang-orang yang buta.” Hadits-hadits mereka telah saya sebutkan di dalam Turjumaanul Qur’an. Jarir meriwayatkan hadits yang serupa dari banyak yang mursal.
JAKARTA - Rasulullah SAW pernah didatangi Malaikat Jibril dalam perkara urusan amanah. Dalam hal ini, pesan tersebut disampaikan Jibril secara langsung kepada Rasulullah di dalam Ka'bah. Dalam Surah An-Nisa ayat 58 Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Mahamendengar lagi Mahamelihat,". Imam As-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjelaskan sebab turunnya ayat ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawih dari Jalur Al-Kalbi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas bahwasannya ia berkata, "Ketika Rasulullah SAW menaklukkan Kota Makkah, beliau memanggil Usman bin Thalhah. Ketika Usman datang kepadanya, Rasulullah bersabda, "Berikanlah kepadaku kunci Ka'bah,". Lalu ia pergi dan datang kembali dengan membawa kunci Ka'bah dan menjulurkan tangannya kepada Rasulullah SAW sambil membuka telapaknya. Ketika itu juga Abbas paman Nabi bangkit lalu berkata, "Wahai Rasulullah, berikan kunci itu kepadaku agar tugas memberi minum dan kunci Ka'bah aku pegang sekaligus,". Maka Usman pun kembali menggenggam kembali kunci itu. Kemudian Rasulullah bersabda, "Berikanlah kepadaku kunci tersebut, wahai Usman,". Kemudian Usman berkata, "Ini kunci Ka'bah, wahai Rasulullah. Terimalah dengan amanah Allah,". Kemudian Rasulullah beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu Ka'bah setelah itu beliau keluar dan melaksanakan thawaf. Kemudian turun Malaikat Jibril kepadanya menyampaikan pesan Allah untuk mengembalikan kunci tersebut kepada Usman. Lalu Rasulullah memanggil Usman dan memberikannya kembali kunci tersebut dan beliau bersabda dengan firman Allah, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya... ". Dari Hajjaj dari Ibnu Juraij bahwasannya ia berkata, "Ayat ini turun pada Usman bin Thalhah. Rasulullah mengambil kunci Ka'bah darinya kemudian membuka pintu Ka'bah lalu beliau masuk ke dalamnya pada hari penaklukkan Kota Makkah. Ketika beliau keluar dari Ka'bah, ia membaca firman Allah An-Nisa ayat 58. Kemudian beliau memanggil Usman dan memberikannya kembali kunci tersebut. Sayyidina Umar bin Khattab berkata, "Ketika Rasulullah keluar dari Ka'bah sambil membaca ayat ini, sesungguhnya aku belum pernah mendengar ayat ini sebelumnya,". Aku berkata, "Dari perkataan Umar, bahwasannya dapat diketahui ayat ini turun di dalam Ka'bah,".
asbabun nuzul an nisa ayat 58